Monday, March 31, 2008
Untuk orang Eropa yang belum pernah merasakan dinginnya air hujan yang langsung jatuh dari langit ke badan seperti orang kita yang penasaran dengan salju yang turun lembut di dataran eropa pada saat musimnya.

So, my housemate from germany Tobias who stay in Jogja for short term working contract enjoys having a rain bath in from of our house.

Hope you grow up soon tobby as my mother always put me in the rain to get growing fast when i was baby.

lotta loves from,
Saturday, March 22, 2008
Bodoh! jika orang Indonesia, yang pergi ke Bali gak pernah ke Medan trus explore liarnya hutan tropis sumatera dan pesona danau toba serta budaya batak yang membuat aku terkagum kagum.

Tapi sebelum itu sempatkan diri dulu lah di Medan, kota yang sarat dengan wisata malam. Lampu warna warni yang berkilauan membuat kota yang krisis akan energi listrik ini tampak makin indah, bagaimana tidak kalau di setiap perempatan jalan paling tidak ada 4 lampu taman.

Berapa ribu lampu taman yang diperlukan oleh kota medan? tentunya beribu ribu,,,, :) Dan bisa dibayangkan jika listrik mati maka kekacauwan lalulintas akan semakin menjadi di setiap persimpangan lampu merah akan terjadi.

Ya, benar!
Lampu taman adalah sebutan orang medan untuk lampu merah (lampu lalulintas). Jangan tunggu listrik padam jika ingin meliat kekacauan lalu lintas, dan ini hanya terjdi di Medan (INI MEDAN BUNG) jangan dikira Jakarta dengan kesemerawutannya lebih buruk dari kota lain di Indonesia, TIDAK! Medan adalah yang terparah:

1. Statistik pengemudi membunyikan klakson tanpa alasan dan paling sering.
2. Menerabas lampu merah khususnya Kereta (Sepeda Motor) adalah hal yang biasa.
3. Mengendarai sepeda motor tanpa helm? gak penting kale....
4. Menginjak pedal gas, dan mempercepat laju kendaraan saat ada org yg minta space untuk menyebrang adalah cerminan Medan.

Barbar!? Ya Memang.... Tapi itulah Medan. Kelihatannya Polisi Lalulintas di Medan gak butuh duit atau gak mata duitan, padahal kalo mau berapa ratus ribu sehari bisa dikantongi kalo para bar-bar itu ditangkapi di jalanan! Atau sudah cukup jatah pak? Maaf ya....

Selama sebulan ini aku sewa kereta untuk mobilitasku, aneh rasanya kalau aku berhenti dibelakang garis zebra cross menunggu lampu merah berganti hijau, dan aku dilihatin pengendara lain dan diklaksonin dari mobil2 di belakangku untuk bergerak bersama mereka menerobs lampu merah......! Gila! memang gila....

So, setelah kejadian itu aku menjadi bagian dari mereka :) Dan aku merasa bukan seorang asing lagi di jalanan...








Tuesday, March 18, 2008
Mobile dalam pekerjaan selama 2 tahun terakhir memang sangat menyenangkan buatku yang suka traveling dan adventure... apalagi on company's expenses. Ya memang bukan untuk pelesiran tapi disela-sela stress pekerjaan, aku bisa menikmati sisi lain dari aktifitasku.

Hidup ini adalah rutinitas, jadi aku lakukan hal-hal diluar dari kebiasaan orang lain supaya terasa makin berwarna dalam hidupku dan aku melihat warna warna perbedaan yang semakin membuat pola berfikirku semakin menerima akan perbedaan.

So here I'm di kota Medan selama Maret ini. Dan banyak sekali pengalaman yang kadang aku sendiri geli dan tertawa sendiri atau bahkan mengurut dada melihat dan mendengarnya. Dan kali ini akan aku tuliskan satu persatu yang menurutku menarik untuk dishare disini dengan tags medan & realita indonesia.

Aku harap tidak ada yang tersinggung dengan tulisanku, karena semua hanya semata pengalamanku yang aku pikir hanya blog pribadi sebagai jurnalku.

Edisi kali ini aku beri judul "cuma kentut yang gratis" yaitu cerita tentang pengalaman sarapan pagi di sebuah "pajak" (baca pasar). Omong2 soal bahasa daerah Medan menurutku sebenarnya Kota diluar Jakarta yang memakai Bahasa Indonesia murni setelah Balikpapan, hanya saja kental dengan dialek lokal yang diadopsi dari dialek Batak pada umumnya. Seperti Pasar, orang Medan menyebutnya Pajak, sedangkan Pasar mereka mengartikannya adalah "Jalan Raya" hihihi masih banyak kata2 dalam Bahasa Indonesia yang tak sesuai dengan arti dan fungsinya disini.

+++++++++

Selasa, 18 Maret 2008

Di sebuah Kopi Tiam, pojok pasar Pringgan daerah Medan Baru, Medan. Sebuah kawasan di tengah kota yang masih menyisakan pasar basah yang sarat dengan segala keperluan sehari hari dari mulai yang jualan usus babi sampai dengan keju edam dari australia.

Jarak dari tempatku ke Pasar ini hanya 3 menit pake "kereta" (baca speda motor), dan pagi ini aku ingin mencoba Kopi Tiam yang setiap kali aku lewat ke tempat kerjaku didepan kopi tiam ini selalu ramai oleh orang orang yang ke pasar berbelanja mereka menyempatkan diri sarapan di kopi tiam ini atau sekadar dibawa pulang.

Kebiasaan orang Medan, Menu untuk sarapan yaitu:
1. Nasi Lemak (semacam nasi uduk di jakarta, dengan kombinasi ikan asin kecil dan oseng2 buncis serta telur atau ayam sebagai lauknya)
2. Lontong Sayur (Kalo diluar medan, lontong sayur medan biasanya dijual oleh cinmed2 = cina medan, tapi disini menu yang satu ini kelihatannya andalan penjual dari kelomok melayu)
3. Mie keriting, semacam mie ayam dengan telur pindang yang dibelah 2.
4. Bubur Ayam (a la bubur chinese) yang lembek sekali dan ditambah telur mentah yang diaduk menjadi satu dalam mangkuk dan membuat bubur putih berwarna kuning dan berbau amis. Yang menu ini pernah aku coba mesen dan langsung suruh bungkus dibawa pulang dan sampai ditempatku aku flush ke toilet.

Nah kali ini aku makan ditempat, pesan 1 mangkok mie dan 1 kopi "O" (kopi hitam ala medan) dan minta 1 air putih hangat. Sambil baca koran Analisis (mudah mudahan ejaannya bener) yg penuh dengan iklan2 gak jelas aku lahap habis mie keriting yang kayaknya dia bikin sendiri tuh mie nya, lain dengan mie yang dijual di pasar, kali ini terasa gurih didalam mienya dan kenyal serta berwarna kuning agak coklat, nampak tanpa pewarna.

When it comes to payment, gue tanya berapa? semuanya Rp. 11.500 ...MAK! MAHAL KALI!! 1/2 teriak (mode logat lokal ON).... gue komplen sama si Ncie.... di kasir. aku emang suka sekali komplen kalo sesuatu tidak sesuai dengan hati nurani aku, even buat makanan yang udah masuk ke perutku.

"Memangnya Mie brp"? tanyaku

Rp. 8.000 ....mak!
Kopi Rp. 2.500
Air putih... R. 1.000

"Alamak! Air putih Rp. 1.000? air putih mesti bayar ya?" aku konfirmasi ulang hampir gak percaya dengan penjelasan kasir itu sambil dia menatap keheranan ada orang macam awak!

Segelas air yang direbus Rp. 1.000 perak???

YA! INI MEDAN BUNG

Diambil dari milis tetangga, tapi gak ada ruginya kalo dibaca dan dishare dengan yang lain. Ternyata, Indonesia kaya dengan tanaman obat yang bisa dikomersilkan dan menghasilkan uang serta manfaat bagi yang memerlukan.

Kalo diantara MPers ada yang pernah liat ato punya, boleh gak minta anaknya.

NB:
Tolong bu mentri kesehatan (sapa namanya ya yang sasakan itu), jangan sampai diambil malaysia.

(sorry malas ngedit)

Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi
Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman "KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit berat lain.

Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru, Singapura, dan berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami
menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan," jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli teh tersebut,"
ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
toko
obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku
mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
"Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,
tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa
tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"
lanjut Patoppoi.
Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut
untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,
Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman
tersebut.
"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar di
pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.

Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.

Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani
pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.

Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar
mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak
mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali
diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para
dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai
pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.

Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi Dr.Teo

melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan
mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia. Kemudian Dr . Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi.
Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo enganjurkan
agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan
tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"
ujar Boni.
Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari, bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar 300 orang
yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,
Buduran Sidoarjo.


Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim
stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.
Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku dijual
untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi, karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.

Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno, Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat Cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut
mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia .
Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
serta pengalaman
isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan
perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi,
Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care, yaitu di
Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745,
dan di Buduran, Sidoarjo.

Cancer Care Malaysiatelah mengembangkan bentuk
pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus
dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai
tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan
tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.

Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax
ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan.
Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus
obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 Ringgit
Malaysia ," lanjut Boni.
"Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik
keuntungan,
malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan waktu pembayaran. " tambahnya.


Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien pertama yang
mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus, karena telah
ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah
menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah.
Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini
menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu proses penyembuhan kemoterapi.

Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami
penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi
dokter ini menolak untuk diekspos karena
menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia .
Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau dokter-dukun.
"Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern," kata dokter tersebut.

Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III, pasien tersebut mengkonsumsi pil
dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata
obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah penderita dan
mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut.
"Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,
dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul
resistensi. Jadi jangan
seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.

Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak
mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.

Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah
disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker payudara, paru-paru, usus besar-rectum,

liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,
leukemia, empedu, pankreas,
dan hepatitis.

Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran
Ringgit
Malaysiaselama 5 tahun
dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.

Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial

"Cancer Care Indonesia " beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta ,
telp : 021-4894745,



Sunday, March 16, 2008
Medan, Minggu Malam 16 Maret 2008 23:10

Entah kenapa, semua contact sejumlah sekitar 300 contacts lenyap dari YM gue.... :) tapi tidak dari adress book-nya. So, sembari gue baca email2 gak penting tapi patut dilihat gue ol di ym dengan invisible mode dan sekonyong-konyong id baru muncul seperti yang gue copy paste tanpa gue edit dibawah ini.

Alhasil, ini cewek searching di google dengan kata kunci "obat kurus" dan akhirnya berlabuh di blog gue

Duh gue makin penasaran ko bisa sih? apa gue pernah bikin tag dengan kata-kata "obat kurus" rasanya ga pernah dan gue cek emang ga ada. Dan gue kembali google-ing dengan kata kunci "obat kurus" dan ada sekitar 170 halaman dengan 83.900 hits.... kira kira ada ga ya 1 diantaranya link ke blog gue?


Halah.... pusing, gitu aja ko difikirin....Aneh bin ajain dan ini hasil pengakuan dia!
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

chatryne_angelia: hi..
D J: hi
D J: asl?
chatryne_angelia: jakarta
chatryne_angelia: km?
D J: nm?
chatryne_angelia: cathryne
chatryne_angelia: u?
D J: and how u know my id frm?
chatryne_angelia: mau tau?
chatryne_angelia: jwb yg d atas dlu donk!!
D J: dion
chatryne_angelia: asl?
D J: 24m jogja
chatryne_angelia: oo..ok!!
chatryne_angelia: gw jg ga ngerti pd dasarnya napa gw bs nemuin elo!!
chatryne_angelia: gw cm asl mencet doank!!
chatryne_angelia: hahahha..
chatryne_angelia: n awal nya dr google lah..
D J: apa kamu google
D J: ini orang k5 yg bilang nemu gw dari google
chatryne_angelia: jd lo ga tau jg?
D J: ga
D J: emang lo search kata kunci apa ko dapat id gw
D J: padahal google ma yahoo jauhbeda ya


Hide Recent Messages (F3)

chatryne_angelia is currently not in your Messenger List.
Report as Spam (Alt+Shift+R)

chatryne_angelia: awalnya gw lg bukan google dgn kata obat kurus
chatryne_angelia: trus da 1 gmbar co yg lg buka clananya gt
chatryne_angelia: so..gw clik aj
D J: hahaa ngaco lo
chatryne_angelia: gw serius kale..
D J: linknya apa?
chatryne_angelia: trus masuk k satu web gt tiba2
D J: tiba2 apa?
chatryne_angelia: oralikaroaku.blogspot.com terbuka d!!
D J: oooo geto
D J: wah keren juga ya hahahaha
chatryne_angelia: trus karna gw ga ngerti ya..gw mane pencet2 aj
chatryne_angelia: n tiba2 da tulisan online gt
chatryne_angelia: pas gw clik
D J: lam kenal deh menarik juga nih
chatryne_angelia: ternyata yg kluar malahan elo
D J: u kerja?
D J: hahaha emang itu blog gw
chatryne_angelia: hahhaha..dasar!!
chatryne_angelia: gw masi kul
D J: ko bisa ya dari obat kurus masuk ke web personal gw.
chatryne_angelia: ga ngerti jg ya saia..
D J: lo masih simpan direct linknya ga
D J: btw emang ada masalah obesitas?
chatryne_angelia: engga tuh!!
chatryne_angelia: buat nyokap gw yg pgn kurus!!
D J: ooh geto
D J: ok deh gud luck
D J: gw yg pasti byukan akhli gizi
chatryne_angelia: yaiyalah..tampang lo aj ga meyakinkan gt!!
chatryne_angelia:
chatryne_angelia: maap!!
D J: np
D J: see yu
chatryne_angelia: bye

Thursday, March 13, 2008
Udah lebih dari dua minggu ini gue ada di Medan. Sebuah kota yang akan melaksanakan pilkada di bulan April nanti, sebuah kota dujung Sumatera yan bisa dikategorikan memegang peranan sangat vital dalam perekonomian di Sumut dan boleh dikatakan sebagai kota metropolitan (kaleeee) identik dengan Surabaya diujung timur Jawa. Meski gue base di Medan tapi pekerjaan real yang gue lakukan adalah di Medan Belawan, sebuah kecamatan paling ujung kota medan yang berfungsi sebagai hub transportasi laut, dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi karena mereka senang sekali berhimpitan kelihatannya, gimana tidak kalo sekitarnya hanya air dan rawa.

So, I was there di sebuah titik yang gue tandai sebuah perkampungan nelayan yang sangat kumuh dan hampir tidak terjamah oleh pembangunan sisa sisa korupsi (kalo disisain).

Memandang lalu-lalang kapal dan perahu nelayan, melihat anak-anak berkulit hitam-kelam berlompatan bermandi teriknya matahari dan bau air sungai yang tercemar sampah2 plastik dan kotoran manusia!

Ah.... itu sudah biasa bang!

Sunday, March 09, 2008
Jika kau adalah secangkir kopi pahit, dan aku adalah sebatang keretek yang dinyalakan.
Maka tadi malam adalah kesempurnaan sebuah ritual :)

Friday, March 07, 2008

Paling tidak itu yang bisa aku gambarkan suasananya jika aku lupa bawa HP saat keluar dari rumah. Keluar rumah bukan untuk urusan yang serius dan lama, bahkan pada saat cuma mau beli rokok di warung sebelah.

Darahku berdesir naik keatas ubun-ubun jika mata dan tanganku tak bisa menemukan HP yang selalu rapi tersimpat disalam tas khusus yang semestinya tas kosmetik perempuan, berbahan kulit imitasi yang mudah dicuci dan dibersihkan dan berbalut sponge sebagai proteksi jika ada benturan dari luar, ditambah dengan casing crystal yang transparant yang akan menghindarkan dari goresan benda tajam jika hpku bersentukan dengan koin misalnya.

Ya.

Didalam Hp ini tersimpah ½ dari cerita hidupku.

Didalam Hp ini tersimpan ½ jiwaku

Didalam Hp ini tersimpan seluruh manusia yang pernah jatuh cinta denganku.

Didalam Hp ini terdapat lumuran dosa yang aku perbuat

Cengkareng, 7 Maret 2008 – Garuda Lounge , 8:30 Pagi

Seorang bapak yang baru pulang training dari Singapore dan kerja di offshore sebuah perusahaan minyak ternama on transit to Surabaya dengan notebook acer mungilnya, ajak basa basi padaku:

Bapak: Emana dek?

Aku: Medan

Bapak : Jam segini sudah ada pesawat ke medan ya? Transit di Singapore ya?

Aku: Lhooooooo koq transit Singapore sih?

Wednesday, March 05, 2008

join me on