Friday, August 22, 2008
The reason I am keeping blogger and multiply within my circle because i'm exist there. I made new friends and friends found me in the same interest. Long time, Friendster launche a special simple application that allows user to uploads multy pictures at the same time by highlighting pictures file and right-click your mouse and publish to internet then type your FS account, and voala.... I love that feature.

And now, Multiply seemed to be following a "flinstone" feature that FS used to make long long time back, and you know what happen?

I think the R&D people forget to remove "beta version" tag from it.

Nyaho kan lo maksud gw?



lotta loves from,
Tuesday, August 19, 2008
Dear rekans,

Celebration hari ini buat saya adalah dimana saya akhirnya un-install microsoft office (bajakan) dari notebook saya yang selama ini saya kenal dan sudah familiar dengannya mulai dari versi sebelum versi 2003 kemudian versi 2007.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengunduh star office 8 yang katanya sangat menyenangkan bekerja dengannya karena merupakan open source yang setiap orang boleh saja memilikinya bahkan menduplikasinya ke sesiapa saja dan memang benar saya sudah mulai terbiasa dengannya. Malahan beberapa feature yang ada di star office 8 ini tidak dimiliki oleh aplikasi hasil olahan tuan bill gates.

Hanya saja diawal saya mulai tertarik dengan open source karena di aplikasi microsoft office ada saja virus berjenis worms yang bercokol di application file (seperti winword.exe) yang sangat susah dihilangkan, mungkin sengaja pula disebar oleh perusahaan microsoft untuk melacak dan menyerang software yang di-craked maupun yang bajakan. Sebelum saya uninstall penuh microsoft office 2007 saya mulai dengan officeOrg (OOo) versi 2.4 dan mulai saat itu saya mulai jatuh cinta dengan open source yang setiap kali ada development features baru kita dinotifikasi untuk mengupgrade.

Alhasil di notebook saya ada 2 tipe open source office application dari dapur yang sama SUN, yakni OfficeOrg 2.4 dan StarOffice 8 dan sekarang saya bingung yang mana yang mesti saya hilangkan sehingga saya hanya bekerja dengan satu applikasi saja.

Aplikasi email open source yang saya pake sekarang adalah thunderbird auto configured dengan RSS, dan google mail sehingga saya bisa baca berita/artikel dari banyak sumber hanya sekali click membalas email google secara offline + add on calendar

Saya ingin dengar share dari rekans lain yang sudah lebih awal mempergunakan 2 open source diatas, mana sebenarnya yang lebih flexible maupun aplikable dengan tugas keseharian kebutuhan apakah OfficeOrg atau StarOffice 8?

lotta loves from,
Wednesday, August 06, 2008

Ini bukan hoax ataupun hanya sebuah posting yang akan merugikan sebuah nama atau meracuni pikiran orang lain tapi semata pengalaman nyata saya yang saya share untuk rekan lain.

Membaca review Nokia 5220 dari tabloid pulsa yang harus dibaca setiap kali terbit (mesti beli eceran) dan having it in hand pada saat window shopping meski hanya dummy-nya saja, telah melelehkan hati saya yang membeku terhadap produk Nokia dan “saya harus memilikinya minggu ini”.

Akhirnya dihari tanggal merah Isra Miraj penghujung Juli saya tebus juga Nokia 5220 itu dari sebuah outlet di kawasan Plaza Ramai – Jogja. Sebuah mall jadul di kawasan Malioboro yang menjadikannya satu lantai bak pasar senggol telephone genggam yang masih menjadi tempat utama jual beli handphone anyar maupun second tentunya dengan alasan ready stock dan harga yang sedikit miring.

Degup jantungku makin memacu dan keringat dingin seketika membasahi telapak tanganku tatkala segel asli Nokia 5220 dibuka. Warna biru cerah yang sesuai dengan dummy-nya dibilang tidak pernah ada melainkan warna merah hati yang sepertinya semua vendor sedang ngetrend dengan warna ini yang dilempar ke pasaran. So, alhasil iPhone yang dibalut dengan casing warna merah hati, kemudian Samsung F200 warna merah hati, sekarang saya juga mendapatkan Nokia 5220 dengan warna yang sama.

Apakah ini suatu kebetulan ataukah saya yang membentuk imej diri untuk gadget yang serba berwarna merah hati di tahun ini?

Ataukah kurangnya kreatifitas di bidang seni dan teknologi yang hanya mengutamakan “mass-production” untuk mengurangi cost? Atau lebih parahnya it's a “mee-too” business?


Ok, kembali ke Nokiaa 5220. Mungkin saya terlalu “into-detail” atau mungkin juga divisi Quality Control Nokia yang tidak konsisten dalam bekerja, yang pasti 1 clip atau entah apa istilahnya yang seharusnya mengunci frame dan penutup belakang handphone tidak 100% mengunci, secara kasat mata memang tak nampak tapi untuk saya tetap itu sebuah ketidaksempurnaan yang tida bisa ditolerir untuk sbuah merek besar.

So, saya komplen kepada penjaga toko dan saya minta diganti dengan unit yang baru. Akhirnya setelah bersitegang urat leher, si “engko” empunya yang punya toko meluluskan permintaan saya untuk membuka segel baru dan memang benar adanya bahwa unit yang pertama semestinya dimasukan di keranjang sampah di divisi QC Nokia yang mungkin selanjutnya akan di-recond dan dijual kembali. Setelah storage card berkapasitas 512MB itu dijejali lagu2 terkini hasil bajakan saya pulang dengan hati senang.

  1. Senang mempunyai HP baru yang sangat “gue banget gitu lho”.

  2. Senang memenangkan argument yang mengharuskan di engko toko mungkin me-retur dan membeli stiker hologram baru dari Nokia (mana gue tahu).

Petantang-petenteng dengan Hp baru. Klak-Klik sana sini dengan 2MP cameranya mesti ga autofokus tapi cukup lah dengan harga dan feature yang tertanam. Sampai-sampai saya langsung temui pacar “baru” saya untuk hanya sekedar pamer ceritanya dan u know lah, beberapa adegan yang romantis saya abadikan dengan jepretan “still pic”. Eh ..... satu adegan yang dirasa sangat tak seronok mesti dihapus dan disini permasalahan baru terjadi;

Format picture-nya kor ber-extention “nrw” bukan “jpg” yang semestinya default tipe file. Dan mungkin ini masalah kenapa picture bisa didelete kadang tidak tapi bukan masalah kadang bisa kadang tidaknya yang bikin dadaku sesak tapi karena ini kekecewaan besar yang kedua kali terhadap Nokia 5220 yang seharusnya sebuah produk yang sempurna sesuai dengan kecantikan luarnya.

So saya kembali ke toko dimana saya meminang si Nokia 5220 and akhirnya thanks to NOKIA yang memang pass slogannya “Connecting People” karena saya dan penjaga toko serta si pemilik toko akhirnya telah bersitegang mendapatkan apa yang namanya:

  1. Time Consuming, karena harus bolak baik ke toko yang super duper ramai di plaza ramai itu.

  2. Energy Exhausting, yang bersitegang kembali dengan pemilik toko atas kerugian kartu garansi yang kadung terisi data pembeli yang meminta Rp. 100.000 untuk kompensasinya (gila!).

  3. Money Burning, saya bayar untuk sebuah produk yang cacat bawaan.

  4. Menumbuh-kembangkan kembali ketidak percayaan dan anti-pati sebuah produk dan ini hanya akan menimbulkan sebuah efek kartu domino tentunya.

4 kardus Nokia 5220 haru telah dibuka. Permasalahan tetap sama dan saya tidak mau membuka kardus kelima karena toh bukan sebuah kardus cokelat aneka rasa yang saya beli kali ini. Alhasil. Saya sangat tidak merekomendasikan Nokia 5220 atas dasar pengalaman diatas. Jika 1 unit telah merusak reputasi sebuah nama type Nokia 5220 tapi ini adalah 4 unit merusak sebuah nama besar Nokia.

Wassalam,


Ex-Nokia Lover


lotta loves from,
Tuesday, August 05, 2008
Jogja, 5 Agustus 2008.


“Tolong kembalikan Indosat Matrix saya dan cancel semua kartu telkomflash, besok saya ke Jogja”. Sebuah sms yang membuat hati saya miris baru saja diterima di hp saya pimpinan saya yang sedang business trip ke Bali.


“Anjriit, another problem deh”. Umpatku dalam hati. Tapi iya juga sih, sebelum tanggal 24 Juli 2008, sebelum jatuh tanggal billing cycle Indosat Matrix saya sudah putus hubungan dengan Indsat dan langsung ke 8 sim card saya migrasikan ke Telkomflash dengan alasan:


Indosat:
  1. Mahal - Paket promosi sudah lewat 3 bulan pertama jadi susah mengontol pemakaian karena berdasarkan volume base yang mengakibatkan tagihan sangat mencekik leher.
  2. Nggak stabil - Kadang beberapa tempat di daerah sama sekali nge-blank tidak ada byte yang turun padahal sinyal menunjukkan 3G atau HSPDA gitu lho.
  3. Tidak transparan - Pembacaan billing yang sukar dimengerti oleh orang awam.
  4. Tidak ada kontrol – Pemakaian hanya dicetak summary saja. Tidak ada history maupun log yang bisa dicetak Tanggal, jam, berapa lama, dan berapa volume yang terpakai setiap kali kita log in. Tidak ada maximum quota pemakaian yang bisa kita set untuk kontrol pemakaian.


Catatan:
SLogan : Quality doesn't come cheap
Star Rating : 3 dari 5
Other : 2 thumbs buat sales support anda yang bernama Sumartono atau Tono (Jogja) sabar meski dimisuh-misuh dan mau datang ke kantor saya.






Telkomflash:
  1. Stabil – Dengan jangkauan BTS dan 3G terluas di Indonesia (katanya). Fakta, yg biasanya di Indosat Matrix dapat speed 150KBPS dengan modus PRS network di Telkomflash Alhamdulillan stabil di kecepatan 2KBPS ya benar sodara-sodara stabil mati suri.
  2. Mudah - Malah untuk chatting di YM pun sama sekali ga bisa ngangkat.Jadi apalagi untuk download dan browsing sanagt mudah disconnect.
  3. CS yang perhatian – Perhatian saat mau sign up, apalagi dengan 8 kartu sekaligus, perhatian meyediakan materai seharga Rp. 7 ribu per aplikasi dan ada 2 aplikasi untuk 1 nomor telkomflash (1 aplikasi kartru Halo dan 1 aplikasi kontrak agreement telkomflashnya. Jadi 2 Materai x 8 = 16 materai x Rp. 7.000 jadi berapa tuh? Au ah... males ngitungnya. Eh pas sudah sign up trus ada masalah masalah gak pernah digubris.....
  4. Tanpa batas – Ya, saya sign up di Jogja tapi saya dapat starterpacknya karu cap tulisan SEMARANG. Entah kalo masalah yang 1 ini membuat masalah, tapi menurutku kartu yang terdaftar.
  5. Guaranteed – Sewaktu saya mau test koneksi dulu di CS. Tidak ada satupun notebook maupun kartu Telkomsel yang tersedia. Satu-satunya kartu yang available adalah milik seorang supervisor itupun bukan telkomflash tapi kartu simpati prapabayar,dengan iming-iming katanya gak perlu dicoba disini lha wong di kantor telkomsel pasti kueenceng larinya.
  6. Trial version – Saya sign up basic dengan catatan kalo saya hepi di scheme basic ini saya baru mau upgrade ke next level. Tapi maaf kayaknya Telkomflash is “Trial-Version” so please “Try-Again”.


Catatan:
SLogan : Slow Unsure
Star Rating : -3 dari 5
Other : Mbak Yenni (Sales Support), you are the right person in the wrong place. Gud luck!


So, bagaimana dengan pengalaman rekan lain?
Apa ada yang bernasib sama dengan saya? Share dong pengalamannya.


Dulu sebelumnya saya malah pake Quasar (unlimited dari XL) yang dipasarkan oleh sebuah ISP company dan hmmm, ternyata Telkomflash adalah penerusnya. Kenapa ya dijaman serba sensitive ini masih saja ada perusahaan yang masih membohongi para clientnya?


Apakah buyer di Indonesia tidak punya bargaining power?
Trus YLKI pigimana ini? Apa masih ada gak sih institusi ini? Trus bela siapa?


I will not pay any single cent untuk sesuatu yang tidak saya nikmati benefitnya. Semestinya korban-korban seperti saya ini harus mem-black-list perusahaan yang bersifat kartel (mafioso) seperti ini? Tapi one-big-question.... emang ada yang lebih baik? Yang lebih mahal banyak!


regards,
the unhappy-costumerlotta loves from,

join me on