Tuesday, March 18, 2008
Mobile dalam pekerjaan selama 2 tahun terakhir memang sangat menyenangkan buatku yang suka traveling dan adventure... apalagi on company's expenses. Ya memang bukan untuk pelesiran tapi disela-sela stress pekerjaan, aku bisa menikmati sisi lain dari aktifitasku.

Hidup ini adalah rutinitas, jadi aku lakukan hal-hal diluar dari kebiasaan orang lain supaya terasa makin berwarna dalam hidupku dan aku melihat warna warna perbedaan yang semakin membuat pola berfikirku semakin menerima akan perbedaan.

So here I'm di kota Medan selama Maret ini. Dan banyak sekali pengalaman yang kadang aku sendiri geli dan tertawa sendiri atau bahkan mengurut dada melihat dan mendengarnya. Dan kali ini akan aku tuliskan satu persatu yang menurutku menarik untuk dishare disini dengan tags medan & realita indonesia.

Aku harap tidak ada yang tersinggung dengan tulisanku, karena semua hanya semata pengalamanku yang aku pikir hanya blog pribadi sebagai jurnalku.

Edisi kali ini aku beri judul "cuma kentut yang gratis" yaitu cerita tentang pengalaman sarapan pagi di sebuah "pajak" (baca pasar). Omong2 soal bahasa daerah Medan menurutku sebenarnya Kota diluar Jakarta yang memakai Bahasa Indonesia murni setelah Balikpapan, hanya saja kental dengan dialek lokal yang diadopsi dari dialek Batak pada umumnya. Seperti Pasar, orang Medan menyebutnya Pajak, sedangkan Pasar mereka mengartikannya adalah "Jalan Raya" hihihi masih banyak kata2 dalam Bahasa Indonesia yang tak sesuai dengan arti dan fungsinya disini.

+++++++++

Selasa, 18 Maret 2008

Di sebuah Kopi Tiam, pojok pasar Pringgan daerah Medan Baru, Medan. Sebuah kawasan di tengah kota yang masih menyisakan pasar basah yang sarat dengan segala keperluan sehari hari dari mulai yang jualan usus babi sampai dengan keju edam dari australia.

Jarak dari tempatku ke Pasar ini hanya 3 menit pake "kereta" (baca speda motor), dan pagi ini aku ingin mencoba Kopi Tiam yang setiap kali aku lewat ke tempat kerjaku didepan kopi tiam ini selalu ramai oleh orang orang yang ke pasar berbelanja mereka menyempatkan diri sarapan di kopi tiam ini atau sekadar dibawa pulang.

Kebiasaan orang Medan, Menu untuk sarapan yaitu:
1. Nasi Lemak (semacam nasi uduk di jakarta, dengan kombinasi ikan asin kecil dan oseng2 buncis serta telur atau ayam sebagai lauknya)
2. Lontong Sayur (Kalo diluar medan, lontong sayur medan biasanya dijual oleh cinmed2 = cina medan, tapi disini menu yang satu ini kelihatannya andalan penjual dari kelomok melayu)
3. Mie keriting, semacam mie ayam dengan telur pindang yang dibelah 2.
4. Bubur Ayam (a la bubur chinese) yang lembek sekali dan ditambah telur mentah yang diaduk menjadi satu dalam mangkuk dan membuat bubur putih berwarna kuning dan berbau amis. Yang menu ini pernah aku coba mesen dan langsung suruh bungkus dibawa pulang dan sampai ditempatku aku flush ke toilet.

Nah kali ini aku makan ditempat, pesan 1 mangkok mie dan 1 kopi "O" (kopi hitam ala medan) dan minta 1 air putih hangat. Sambil baca koran Analisis (mudah mudahan ejaannya bener) yg penuh dengan iklan2 gak jelas aku lahap habis mie keriting yang kayaknya dia bikin sendiri tuh mie nya, lain dengan mie yang dijual di pasar, kali ini terasa gurih didalam mienya dan kenyal serta berwarna kuning agak coklat, nampak tanpa pewarna.

When it comes to payment, gue tanya berapa? semuanya Rp. 11.500 ...MAK! MAHAL KALI!! 1/2 teriak (mode logat lokal ON).... gue komplen sama si Ncie.... di kasir. aku emang suka sekali komplen kalo sesuatu tidak sesuai dengan hati nurani aku, even buat makanan yang udah masuk ke perutku.

"Memangnya Mie brp"? tanyaku

Rp. 8.000 ....mak!
Kopi Rp. 2.500
Air putih... R. 1.000

"Alamak! Air putih Rp. 1.000? air putih mesti bayar ya?" aku konfirmasi ulang hampir gak percaya dengan penjelasan kasir itu sambil dia menatap keheranan ada orang macam awak!

Segelas air yang direbus Rp. 1.000 perak???

YA! INI MEDAN BUNG

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on