Thursday, April 22, 2010


“Ketika seseorang adalah maniak end-gadget dan pemuja open source (red. Linux) maka disitulah ciri ciri akhir zaman nampak terlihat”.

Saya pernah membaca sebuah artikel keagamaan dan juga mendengar sebuah khotbah Jum'at di sebuah mesjid jami di sebuah university terkenal yang notabene bilang bahwa, “jika dunia sudah bisa digenggam, yang jauh menjadi dekat, yang tidak terlihat bisa terasa, yang mustahil menjadi biasa, itu adalah ciri-ciri akhir zaman.

what the f*ck!

True! Setelah lebih dari lima tahun saya tidak megang merk Nokia, saya ingat terakhir saya mempunyai Nokia adalah seri N2175 kalo ga salah, sebuah Nokia CDMA yang cukup mumpuni dan baik dari segi design dan performa termasuk didalamnya multimedia dan networking ini terbukti selama kurun waktu tiga tahun waktu itu harganya tetap tidak berubah. Setelah itu saya berkelana setiap paling lama enam bulan sekali berganti handset, aliran fesyen, multimedia dan netwoking adalah tiga unsur utama saya dalam menentukan sebuah gadget!

INGAT... it is a gadget, it is not a mobile phone but it is a mobile hand-held personal computing atau dengan kata akhir saya adalah “a computer that makes a call”. Mudah mudahan ada padanan bahasa indonesianya yang tepat untuk itu, saya sendiri lebih suka menyerhanakannya dengan bahasa inggris.


Saya sering pindah Agama tapi Tuhannya tetap Satu.

Sialnya, tidak ketiga item yang menjadi petimbangan saya untuk membelinya tidak selalu bersamaan ada dalam satu handset. Ditambah ketika saya menjadi seorang pengguna linux, tentunya saya harus mempertimbangkan lagi sebuah device yang cukup kompatibel dengan lingkungan sistim yang saya gunakan, paling tidak untuk kebutuhan mendasar seperti mentransfer multimedia files, ataupun sebatas koneksi modem. That is it!! chef farah queen mode ON! So, akhirnya device versus distro yang saya gunakanpun harus disesuaikan demi hanya untuk memuaskan “nafsu” saya, sebagai seorang non-xda nor technical background di bidang IT apalagi seorang gigs linux. No f*ckin way!
So, awal Januari 2010 sebuah HTC Magic berbasis android yang masih jamaahnya linux saya tebus di sebuah mall IT terbesar di kawasan Pataya, Thailand sewaktu saya berlibur tahun baru selama sepuluh hari disana. Ah sudahlah, hidup atau kesempatan itu hanya sekali toh! Setelah sampai hampir empat kali saya ke mall itu hanya demi memuaskan windows shopping saya, maka saya tebus HTC Magic myTouch 3G special edition berwarna putih keluaran T Mobile seharga sama dengan 4.5 juta rupiah. Sebuah harga yang cukup “pantas-tis” untuk sebiah endgadget yang hanya segelintir dibuat apalagi dengan tulisan “with Google” di cover belakangnya lengkaplah sudah kenikmatan sampai keujung ubun ubun hanya dengan memegangnya saja. Konsekuensinya BB Gemini white edition yang saya tebus 3.2 juta di mall Plaza Ambarukmo keluaran T Mobile juga harus saya lepas ke teman saya (tentunya harga teman dan dicicil pula) cuma satu hal saya hanya menjual gadget bekas saya ke teman teman yang memang menurut saya dia pantas memilikinya. TITIK!

BB si miskin yang tukang porotin orang

Saya pernah merivew sedikit perihal BB dari sudut pandang saya yang tentunya dengan perilaku pasar untuk kapasitas saya. Faham kan lo... yang gua maksud? Gemini special white edition itu hanya berumur tidak sampai musim panen padi di belakang rumah saya. Kepenasaranan saya terhadap perilaku gila orang Indonesia yang men-Tuhan-kan BB sudah sirna sama sekali dan saya tidak mau menjadi bagian orang orang sedeng itu “ENOUGH IS ENOUGH”, selain miskin dengan aplikasi dan feature, RIM dan operator GSM hanya mengeruk keuntungan dari para “NETWORK CLIMBER”, ini sungguh gila!! Entah kemana uang yang dikeruk RIM dipakai? Apakah dia punya bagian research dan development-nya? Saya rasa tidak. Dan jika punya BB tentunya kita harus terdaftar untuk paket layanan BB kan? Kalau tidak, sebuah BB hanya bisa untuk SMS dan memotret tidak lebih baik dari sebuah mid-end handphone kan? TITIK

Aku ingin IMAM bukan Jamaah

Ketika saya mengupload sebuah foto hasil jepretan di Singkawang minggu lalu ke Facebook, akan tertera tulisan dibawahnya “uploaded by N900”, tapi SIAPA PEDULI? Toh sekarang HTC (red Hape Teko Chino) pun sudah bisa mengupload foto ke facebook langsung. Bahkan temen saya seorang hacker dan linuxer sejati, sebut saja namanya Darmansyah seorang mahasiswa asal Kendari malah bisa merubah footer untuk sebuah komen di facebook apa saja, dia bisa membuat seolah dikirim dari iPhone, Mac, apapun lah yang dia mau.

So kembali ke gadget, kembali ke OS yang dicangkokan dan kembali ke non-provietary application linux based, setelah saya main main delama 3 bulan dengan android yang notabene masih jamaahnya linux, saya tidak puas karena N900 yang saya beri julukan Imam nya OS smartphone saat ini dengan berbasis linux maemo adalah kepuasan multi orgasme yang pernah ada.

Ah, ini komputer apa smartphone sih?
lotta loves from,
Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar meminta Dirjen pajak dan pihak kepolisian untuk menindak tegas para produsen dan penjual CD bajakan. "Menindak pembajak bukan kompetensi kami. Itu sudah penegakan hukum," ujarnya di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, siang ini (22/3).

Menurut Patrialis, pihak-pihak berwenang harus menindak tegas para produsen dan penjual CD bajakan. Langkah tersebut diambil untuk memperbaiki citra Indonesia yang terkenal sebagai negara yang gemar melakukan pembajakan. "Harus disikat, harus ada kerjsama, polisi harus turun," tegasnya.

Patrialis mengatakan peraturan yang tegas mengenai larangan pembajakan sudah ada, hanya perlu diimplementasikan saja. Saat ini Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) tengah melakukan pembicaraan untuk meratifikasi peraturan mengenai Hak Kekayaan Intelektual antar negara ASEAN. Pembicaraan tersebut juga termasuk dalam rangka Asean Economic Humanity.

+++++

Artikel ini cuma untuk mengingatkan saya saja. Yang diingatkan oleh beliau soalnya lagi sibuk perang di kancah perang bintang, mana mau dia meihat kebawah yang terjadi di muka bumi. Lah wong masih dilegalisasi!!! 

Buat Microsoft contohnya, dia lebih senang windows bajakan masih merajalela ketimbang orang beralih ke OS lain, apalagi ke Linux. Saya tidak meminjam kuping san mata orang lain kalo VJ Daniel pernah berceletuk di GLOBAL TV, "Dengan software bajakan sebenarnya kita sudah dibuat pinter", kurang lebih dialognya begitu. 

So, siapa yang mau menjadi tim "STREET JUSTICE" seperti di film TV jadul dulu? 

lotta loves from,


Lima menit menjelang keberangkatan Sancaka sore jam 16:00 saya baru keluar dari parkiran motor di Stasiun Tugu, waktu itu Juma't 16 April 2010 Jogja diguyur hujan deras bak air tumpah dari langit. Teman wanita saya dian yang saya todong dia untuk menemani saya ke Surabaya tampaknya sudah pucat pasi karena belum melihat batang hidung saya sementara kereta sudah mau diberangkatkan. But, I made it. Saya percaya the power of "kindness" saya percaya Tuhan maha adil dan membantu sekecil apapun pekerjaan baik yang kita lakukan, bahkan baru niat sekalipun. And here we go!

Saya salut kepada PT KAI yang terlihat lebih memperhatikan ketepatan waktu ketimbang dunia penerbangan di negeri ini. Entah karena kereta punya satu jalur saja sehingga sedikit keluar dari jadwal akan mengacaukan semua perjalanan yang lain, ataukah karena lalin di langit sana lebih luas sehingga delay sudah menjadi hal yang lumrah. At leat suplus yang dibukukan BUMN ini telah menjadi laporan yang cukup memberikan kepercayaan publik terhadap sektor transportasi di Indonesia ini. Bahkan teman saya dari Cambodia, Laos, Phillippines bahkan teman dari German sekalipun cukup memuji dengan Pelayanan Kereta di Indonesia ini ya khususnya jalur Jawa.  Termasuk teman saya Dian itu yang nampak bagai anak sekolah dasar yang diajak berlibur dengan naik kereta api tuuut tuuut tuuuut, siapa hendak ikut. Terakhir dia ke Surabaya adalah tahun 2001 jadi selama hampir dua kali pemilihat gubernur jatim pastinya banyak sekali perubahan yang dilakukan Surabaya yang sekarang menjadi kota pilihan saya untuk shopping ketimbang Jakarta, ya gimana lagi pertimbangan saya adalah:
1. Jarak yang bisa ditempuh hanya 5 jam dari jogja by train atau by bus setiap jam. 
2. Saya punya banyak kawan di Surabaya yang bisa ditumpangi tidur.
3. Jarak dalam kota surabaya antar tempat menarik yag serba dekat tak seperti Jakarta
4. Harga yang relatif lebih murah dibanding Jakarta atau Jogja sekalipun dalam beberapa hal.
5. Ada lebih dari 20 pusat perbelanjaan di Suabaya bahkan yang khusus sekalipun seperti IT dan Wedding.
6. Kuliner yang International
7. Ada lebih dari 10 taman yang asri dan rindang di dalam kota dimana kita bisa berteduh, relax bersama kawan hanya untuk meminum segelas minuman dingin. Bahkan beberapa taman sudah dilengkapi dengan wifi gratis! 

OK, cukuplah bicara Surabaya. Toh saya tidak dibayar untuk mempromosikannya. Saya hanya selalu berbagi yang baik kepada teman, meski terkadang saya membicarakan fakta yang menurut saya tidak baik untuk memberikan input dan perbaikan.  OH YA satu hal yang menurut saya sangat berbeda dengan kota lain dalam musim pilkada ini yaitu slogan slogan yang dipublikasikan oleh para calon pemimpinnya sangat berbeda contoh:

Di Surabaya:
Indahnya Perbedaan
I Love (lambang love) 100%
Di Solo:
Calon pemimpin wong cilik
Bebaskan biaya pendidikan

Pokoknya bedo! Entah masyarakat surabaya yang sudah megapolitan dengan mudah menyerap kata kata slogan ala surabaya, ataukah mereka sudah menganggap kalo slogan solo bila ditempatkan di Surabaya sudah di-cap "ndeso" katro!  Aatau kebalikannya, slogan yang ada di surabaya jika ditempatkan di Solo maka orang orang tak akan faham artinya dan baru memahami kata kata generik saja? Padahal mereka semua kan menonton sinetron Cinta Fitri bukan?

Tapi paling tidak slogan politik sedikit lebih maju ketimbang propaganda anti narkoba yang selalu bilang dimana mana mulai dari tanah inyong sampai tanah ngapak seperti:
NARKOBA NO, PRESTASI YES
SAY NO TO DRUGS

It is so so  primitive in saying so! Kayaknya perlu sebuah PR Agency yang handal untuk supaya message-nya sampe ke akar rumput. Buktinya berita terakhir penagkapan drug dealer dari Malaysia ke Jogja dengan 2.5 KG barang haram itu pastinya akan dipasarkan di Jogja (bukan seperti yang dilansir oleh seorang pejabat dari pihak kepolisian Jogja yang katanya hanya dijadikan transit untuk selanjutnya dipasarkan di Jakarta) bukankah Jogja kota yang sangat prospektif dengan pemasaran seperti itu? I call it it is a drect marketing, ngapain mesti susah susah via Jakarta kan lebih enak langsung ke end user.

Eonugh is enough DJ! Jangan kemana mana ngomongnya, nanti jauh dari judul artikel ini! Ah mungkin juga masih efek dari disorientasi karena virus flue ganas itu, toh kata dokter itu biasa sebagai symptom-nya. 
Anyway! Finally we made it. Saya, Dian dan couple Elly & Andre having a good time, an intimate conversation, waktu yang berkualitas antara saya dan Elly yang sudah seperti sodara kandung sendiri. We had great time in the past, sharing things in life, belanja ke pasar basah berdua beli sayur dan ikan demi menghemat pengeluaran dan meng explore skill kuliner masin masing, Elly dan saya punya taste yang sama tentang bumbu dan rempah, hanya saja dia lebih suka masak nasi lebih lembek ketimbang saya yang lebih sedikit air jika menanak nasi.

Life must go ON

Hey! I am happy for you. Apapun yang kamu lakukan dan dimanapun kamu hidup aku  akan selalu ada disampingmu untukmu sahabatku. Ende, hanya sebuah titik dari ribuan pulau Indonesia tapi saya yakin kamu akan menjadi bintang disana yang akan selalu menerangi langkahku dimalam hari. Toh aku tak perlu menengadah setiap kali ingin bertemu dan melihat wajahmu karena aku yakin kamu ada disana untuk-ku.

lotta loves from,
Tuesday, April 06, 2010

Kemarin sore Aku baru membungkus pulang sebuah “setan hitam kecil' Lenovo 103-S berprosesor N470 dari Harco Mangga Dua dengan tebusan hanya 3.7 juta saja. Ini harga fantastik untuk sebuah mesin IBM yang hanya tidak lebih dari setipis VAIO seri X125LG seharga US$ 1270 yang Aku beli di Jogjatronik untuk teman Aku di Phillipine, dia bilang harga di jogja 30% lebih murah daripada di Manila. “Ada 2 hal yang murah di jogja, satu adalah elektronik yang kedua adalah “shuttle cock”, makanya Aku setiap kali pulang ke Manila pasti bawa shuttle cock sekardus untuk Aku bagi-bagikan buat temen temen Aku di Manila”, celetuk Resty teman Aku yang sudah lima tahun bekerja di Jogja.


Lain Harco Lain Jogjatronik Lain Pula Hitech Mall Surabaya

Berbeda dengan Jogjatronik, di Harco Mangga Dua penjual memberikan pilihan OS untuk net/notebook yang kosongan alias computer yang tidak terinjeksi OS Windows pabrikan yang mereka sebut W7 Starter. Beberapa toko membandrol varian harga berbeda antara 500 s/d 1 juta untuk jika ingin disertakan OS Windows dan mereka berani menuliskan “LINUX” yang notabene Ubuntu untuk diinstallkan jika mereka tidak mau menambahkan Windows sebagai starternya. Untuk Aku sebagai seorang pengguna Linux tentu saja bangga dengan pendekatan yang telah menyentuh para toko penjual net/notebook ini. Tapi tidak di Jogja yang notabene adalah kota pelajar dengan komunitas Linux yang cukup aktif, dan malah mereke mempunyai Komunitas Linux Sub-Loco Jogja yang cukup terkenal seantero komunitas pengguna linux. Tentunya ini harus menjadi catatan penting untuk para penggerak linux di Jogja khususnya. Apalagi di bulan April 2010 ini, Ubuntu akan merilis edisi LTS (Long Term Support) nya yang bernamakan Lucid atau versi 10.04.

Sedangkan di Hitech Mall Surabaya, mereka sudah lebih maju ketimbang Jogjatronik dan Harco, mereka lebih melek hukum. Stiker, signage maupun spanduk kampanye pemakaian barang haram alias software bajakan sudah mendarah-daging dari mulai pihak otoritas, manajemen mall dan pihak penjual hardware maupun software. Pihak manajemen menempelkan stiker besar yang cukup mencolok mata di pintu masuk ke setiap toko untuk tidak melayani, mengedarkan software bajakan, yang pasti di Hitech Mall yang berlokasi bersebelahan dengan THR (Taman Hiburan Rakyat) ini tidak akan dijumpai toko yang menjual software bajakan. Aku pernah mengecek ke sebuah perakitan jangkrikan PC untuk meng-copy software dan mereka bilang dengan ringan “maaf mas kami tidak melayani copy software”. Ini sebuah prestasi yang patut diacungkan jempol untuk pemerintah Surabaya, sementara di Harco Aku masih melihat beberapa toko penjual CD installers Software Bajakan, sementara di jogja masih ketimbang “mendingan” yang hanya menyewakan CD installers di beberapa tempat penyewaan VCD seperti di Wahana KM5 Jakal (paling tidak itu satu tempat yang Aku tahu).

Jakarta dan Jogja sepatutnya belajar dari Surabaya. Surabaya memang keras kotanya, kasar bahasanya, orang orangnya berperangai lebih urakan ketimbang Jogja tentunya yang lemah lembut mengusung totokromo keraton, atau Jakarta yang notabene etalase indonesia yang bercermin diri sebagai sosok pengambil keputusan dimana hampir 80% perekonomian dan peta politik Indonesia disana yang suka sok menjadi trend-setter yang akhirnya terkadang gagal karena hanya memikirkan imej ketimbang usaha nyata yang berarti.


“Kembali ke Laptop”.

Kembali ke perihal penggunaan OS Windows gratisan, anggaplah begitu. Aku bertanya kepada si mas salesnya toko LENOVO yang didominasi warna “kuning temulawak” kayaknya warna itu yang cocok untuk menjelaskan corporate color lenovo yang Aku sukai itu, “Mas apa sih W.7 Starter itu? Apa sudah seperti Home Edition?”, si mas nya cuma mesem aja tuh ga tahu apa yang Aku tanyakan. Sing pasti, begitu Aku pencet power button W.7 terinstall dengan baik di Lenovo 103-S itu dan rasanya secepat Aku installkan jolicloud versi Alpha dulu di BenQ Lite U101 2 tahun lalu. Tentunya dengan catatan W.7 starter hanya nyawa yang kosong saja yang ditanamkan kedalam raga Lenovo, tak seperti Jolicloud yang sudah diberi hati dan fikiran. Padahal hati dan fikiran itu yang menentukan kinerja dan perilaku, memang mau kita berhubungan dengan kehidupan tanpa hati dan fikiran? Tentu tidak bukan?

Please Try Again Kategori – Microsoft.

Aku menyebutnya pengguna windows gratisan. Entah itu usaha microsoft atau usaha vendor yang jualannya ingin laku yang pasti keduabelah pihak telah sepakat untuk memaketnya. Bukti stiker hologram di bagian bawah net/notebook baru Aku catatkan di konter Microsoft di bagian lobby Harco Mangga Dua yang
yang diundi untuk mendapatkan motor maupun mobil ditambah hadiah comotan sesuai dengan nomor yang diambil dari “fish bowl” sialnya (red. Syukur) mendapatkan CD game asli, eh padahal netbook yang baru dibeli kan ga ada DVD drivenya alhasil pastinya hanya akan mejadi sampah yang susah didaur ulang. Cukup diacungkan jempol untuk usaha Microsoft dalam kategori “Please Try Again” Marketing Effort.

Seperti semua pengguna Windows gratisan. Pengguna harus memperhatikan virus checker trial version yang ikut ditanamkan sewaktu W.7 starter terinstall, dan menunggu 30 hari masa percobaan sedekat kepala para perawat di ruang ICU mengawasi monitor pasien. Setelah itu update akan terhenti dan sistem sekarang terbuka untuk semua virus dan bakteri yang membuat kita terganggu dengan “buzz “ dan peringatan lain yang mengingatkan kita kalau sitim tidak lagi kebal dan rentan terhadap sistim yang tidak lagi stabil dan akan mengakibatkan malapetaka. Saat itu Aku akan merasa seorang “Jack” yang didukung oleh tim kesebelasan Persija yang main di Stadion Sepuluh November, surabaya.
Akhirnya Aku harus mengeluarkan biaya dua atau malah tiga kali lipat jika Aku harus tetap menggunakan windows gratisan. Sebut saja upgrade ke W.7 yang sebenarnya! Mungkin yang paling murah adalah home edition belum kita bicara versi profesional, office, anti virus yang asli, aplikasi lain yang harus dibeli terpisah dan diinstall lewat DVD drive yang harus dibeli terpisah pula, and THIS IS HELL!!!

Tidak heran, kemudian, bahwa ketika pengguna Windows (red Aku) akhirnya mampu memecahkan/memutuskan rantai kapitalis IT dan beralih ke sebuah OS dan aplikasi yang bebas dipakai maupun didistribusikan untuk sebuah kebebasan pengalaman pada desktop Linux. Selanjutnya mereka (para sales support) menatapku tak percaya ketika aku bilanng aku akan “menuntut mereka” untuk apa yang mereka tawarkan menginstallkan aplikasi apa saja yang ingin Aku installkan. Toh Aku tidak bilang kalau Aku pengguna Linux, mereka enggan untuk menghentikan mental bajakan itu. Mereka masih berfikir costumer akan merasa senang jika mereka mengisntallkan aplikasi aplikasi bajakan di net/notebook “mereka” dan ini benar benar sebuah PEMERKOSAAN massal yang BIADAB.
Sedikit Aku terpanggil untuk berbagi, dan Aku mencoba menjelaskan bahwa hak akses pada Linux membuat upeti seperti tidak perlu. Tanpa kebawelan atas definisi virus dan trojan, Aku juga memberitahu mereka bahwa mallware tidak dapat mengeksekusi pada komputer berbasis linux, kecuali Aku secara eksplisit memberi mereka root izin untuk melakukannya. HAHAHA sok tahu ya! Habisnya kesel aku sama mereka.
Permissions (akses) di Linux bersifat universal. Ada tiga hal yang dapat kita lakukan dengan file: membaca, menulis, dan mengeksekusi. Tidak hanya itu, mereka hadir dalam tiga tingkat: untuk pengguna root, untuk pengguna individu yang masuk, dan untuk seluruh dunia. Biasanya, perangkat lunak yang dapat mempengaruhi sistem secara keseluruhan membutuhkan hak akses root untuk menjalankan.

Microsoft Windows yang dirancang untuk memungkinkan orang luar (non authorise) untuk menjalankan perangkat lunak pada sistem kita. Perusahaan software yang menjustifikasi dengan mengatakan bahwa kita akan mendapatkan pengalaman dan dapat melakukan hal-hal yang dianggap keren pada desktop kita. Padahal menurut Aku harus jelas sekarang bahwa hanya orang yang mempunyai akses terhadap sistim adalah mereka yang mendapatkan benefit dan selanjutnya bertanggung jawab terhadap pengamanan tambahan didalam sistim atau memperbaiki kerusakan sistem yang disebabkan oleh itu.


Seperti bercinta dengan seorang pelacur cantik, kembangnya “pasar kembang”

Malware di Windows biasanya ditularkan melalui klien email, browser, atau klien IM, sistim kita merespon dan melayani manis madunya suatu interkaksi online diamana malware laksana sebuah kenikmatan tabu yang lambat laun menghancurkan sistim kekebalan kita, sementara kita tidak sadar kalo kita digerogoti olehnya. Beberapa program malware mengharuskan kita membuka lampiran. Lainnya bahkan tidak mengharuskan kesalahan pengguna. Dengan cara apa pun, malware pada Windows sering dijalankan, menjangkiti sistem lokal pertama, kemudian menyebar sendiri kepada orang lain. Njing! Sebuah lingkungan yang mengerikan, aku bahkan tidak berani lagi keluar rumah hanya untuk membeli sebungkus nasi goreng setelah jam sepuluh malam.

Tapi untuknya aku tidak tinggal di linkungan semacam itu, aku senang aku tidak tinggal di sana, aku tinggal di lingkungan yang aman dari malapetaka itu diman semua orang saling mendukung untuk menjaga keamanan tanpa dibebankan biaya dari perusahaan sekuriti.

Saya Tinggal di Kampung Linux.

Pada Linux, ada built-in perlindungan terhadap “kerajinan” tersebut. File baru yang tersimpan dari klien email kita atau browser Web tidak langsung diberi hak mengeksekusi. Mallware memang cerdik, ia mampu mengubah extensi nama file yang dapat dieksekusi secara umum dalam OS windows tapi tidak dengan LINUX, karena Linux dan aplikasinya tidak tergantung pada ekstensi file untuk mengidentifikasi sifat-sifat suatu file, sehingga mereka tidak akan keliru mengeksekusi malware saat mereka berinteraksi dengan itu. Keren kan?
Well itu hanya satu dari sejuta kenyamanan jika anda tinggal di pemukiman Linux. Mungkin saya hanya satu dari sekumpulan warga linux, dan mungkin juga mereka kenal dengan saya yang suka penasaran dengan kepulan asap dari dapur tetangga sebelah. Sebut saja ada tetangga depan rumah yang selalu memakai blangkon mungkin orang jawa ada juga tetangga belakang rumah seperti keturunan orang aceh yang didepan kaca rumahnya bertuliskan tulisan arab gundul ijo royo royo yang katanya cuma sebuah nama tempat di daerah aceh sana, ada juga tante Dora, Ibu Debi, ada juga orang aneh yang selalu memakai Topi Merah, ada juga penjual jamu pegel linux serasa daun mint, dan yang paling banyak para warga pemerhati binatang langka seperti anjing gunung, kemudian koala, ah pokoknya banyak deh!

Meskipun kita berbeda beda tapi kita hidup tenang dan rukun bertetangga, terkadang dari beberapa perkawinan antar warga yang berbeda darah itu kami mempunyai anak cucu yang manis manis sehingga menjadikan keturunan kami lebih variatif dan Plural. Eh, apakah itu namanya masih sama BHINEKA TUNGGAL IKA?

Kampung Preman yang lewat melalui Jendela dan Gerbang.

Lain halnya kampung tetangga kami di sebrang sungai, perkampungan mereka terlihat sangat mewah tapi aku melihat muka muram mereka dan terkadang stress setiap ada warga baru pindah mereka bertindak seperti preman, ada uang perijinan ada uang keamanan dengan dalih untuk membuat kampung mereka steril ada uang tambahan lain untuk fasilita tertentu yang mereka inginkan, dll.

Padahal aku sudah mencoba di perempatan jalan sebelum mereka berbelok ke perkampungan yang gemerlap itu, untuk menjelaskan kepada mereka bahwa mereka bisa tinggal aman dan nyaman dengan biaya hidup yang hampir NOL jika memilih tinggal di kampung Linux, mereka bisa sebebas saya dan para tetangga di kampung linux yang saling gotong royong untuk saling membantu kepentingan pribadi

Lalu mereka bertanya apa tinggal di kampung Linux tahan terhadap serangan terosris? Apakah rumah rumah di kampung Linux tahan thd peluru? Saya bilang tidak juga, cuma kita harus bertindak cerdas dan cepat untuk untuk menjaga sistem lingkungan dan kita tidak sendiri, kita melakukannya bersama sama tanpa pamrih, itu adalah sebuah kekayaan budi yang tidak dimiliki kampung sebelah sana.
Jadi jangan sampai anda terkecoh dengan iklan real estate yang menyesatkan dan iklan palsu dengan jaring perlindungan virus yang bertentangan. Kalo ga percaya silakan mampir di kampung saya.
lotta loves from,

join me on