Tuesday, April 06, 2010

Kemarin sore Aku baru membungkus pulang sebuah “setan hitam kecil' Lenovo 103-S berprosesor N470 dari Harco Mangga Dua dengan tebusan hanya 3.7 juta saja. Ini harga fantastik untuk sebuah mesin IBM yang hanya tidak lebih dari setipis VAIO seri X125LG seharga US$ 1270 yang Aku beli di Jogjatronik untuk teman Aku di Phillipine, dia bilang harga di jogja 30% lebih murah daripada di Manila. “Ada 2 hal yang murah di jogja, satu adalah elektronik yang kedua adalah “shuttle cock”, makanya Aku setiap kali pulang ke Manila pasti bawa shuttle cock sekardus untuk Aku bagi-bagikan buat temen temen Aku di Manila”, celetuk Resty teman Aku yang sudah lima tahun bekerja di Jogja.


Lain Harco Lain Jogjatronik Lain Pula Hitech Mall Surabaya

Berbeda dengan Jogjatronik, di Harco Mangga Dua penjual memberikan pilihan OS untuk net/notebook yang kosongan alias computer yang tidak terinjeksi OS Windows pabrikan yang mereka sebut W7 Starter. Beberapa toko membandrol varian harga berbeda antara 500 s/d 1 juta untuk jika ingin disertakan OS Windows dan mereka berani menuliskan “LINUX” yang notabene Ubuntu untuk diinstallkan jika mereka tidak mau menambahkan Windows sebagai starternya. Untuk Aku sebagai seorang pengguna Linux tentu saja bangga dengan pendekatan yang telah menyentuh para toko penjual net/notebook ini. Tapi tidak di Jogja yang notabene adalah kota pelajar dengan komunitas Linux yang cukup aktif, dan malah mereke mempunyai Komunitas Linux Sub-Loco Jogja yang cukup terkenal seantero komunitas pengguna linux. Tentunya ini harus menjadi catatan penting untuk para penggerak linux di Jogja khususnya. Apalagi di bulan April 2010 ini, Ubuntu akan merilis edisi LTS (Long Term Support) nya yang bernamakan Lucid atau versi 10.04.

Sedangkan di Hitech Mall Surabaya, mereka sudah lebih maju ketimbang Jogjatronik dan Harco, mereka lebih melek hukum. Stiker, signage maupun spanduk kampanye pemakaian barang haram alias software bajakan sudah mendarah-daging dari mulai pihak otoritas, manajemen mall dan pihak penjual hardware maupun software. Pihak manajemen menempelkan stiker besar yang cukup mencolok mata di pintu masuk ke setiap toko untuk tidak melayani, mengedarkan software bajakan, yang pasti di Hitech Mall yang berlokasi bersebelahan dengan THR (Taman Hiburan Rakyat) ini tidak akan dijumpai toko yang menjual software bajakan. Aku pernah mengecek ke sebuah perakitan jangkrikan PC untuk meng-copy software dan mereka bilang dengan ringan “maaf mas kami tidak melayani copy software”. Ini sebuah prestasi yang patut diacungkan jempol untuk pemerintah Surabaya, sementara di Harco Aku masih melihat beberapa toko penjual CD installers Software Bajakan, sementara di jogja masih ketimbang “mendingan” yang hanya menyewakan CD installers di beberapa tempat penyewaan VCD seperti di Wahana KM5 Jakal (paling tidak itu satu tempat yang Aku tahu).

Jakarta dan Jogja sepatutnya belajar dari Surabaya. Surabaya memang keras kotanya, kasar bahasanya, orang orangnya berperangai lebih urakan ketimbang Jogja tentunya yang lemah lembut mengusung totokromo keraton, atau Jakarta yang notabene etalase indonesia yang bercermin diri sebagai sosok pengambil keputusan dimana hampir 80% perekonomian dan peta politik Indonesia disana yang suka sok menjadi trend-setter yang akhirnya terkadang gagal karena hanya memikirkan imej ketimbang usaha nyata yang berarti.


“Kembali ke Laptop”.

Kembali ke perihal penggunaan OS Windows gratisan, anggaplah begitu. Aku bertanya kepada si mas salesnya toko LENOVO yang didominasi warna “kuning temulawak” kayaknya warna itu yang cocok untuk menjelaskan corporate color lenovo yang Aku sukai itu, “Mas apa sih W.7 Starter itu? Apa sudah seperti Home Edition?”, si mas nya cuma mesem aja tuh ga tahu apa yang Aku tanyakan. Sing pasti, begitu Aku pencet power button W.7 terinstall dengan baik di Lenovo 103-S itu dan rasanya secepat Aku installkan jolicloud versi Alpha dulu di BenQ Lite U101 2 tahun lalu. Tentunya dengan catatan W.7 starter hanya nyawa yang kosong saja yang ditanamkan kedalam raga Lenovo, tak seperti Jolicloud yang sudah diberi hati dan fikiran. Padahal hati dan fikiran itu yang menentukan kinerja dan perilaku, memang mau kita berhubungan dengan kehidupan tanpa hati dan fikiran? Tentu tidak bukan?

Please Try Again Kategori – Microsoft.

Aku menyebutnya pengguna windows gratisan. Entah itu usaha microsoft atau usaha vendor yang jualannya ingin laku yang pasti keduabelah pihak telah sepakat untuk memaketnya. Bukti stiker hologram di bagian bawah net/notebook baru Aku catatkan di konter Microsoft di bagian lobby Harco Mangga Dua yang
yang diundi untuk mendapatkan motor maupun mobil ditambah hadiah comotan sesuai dengan nomor yang diambil dari “fish bowl” sialnya (red. Syukur) mendapatkan CD game asli, eh padahal netbook yang baru dibeli kan ga ada DVD drivenya alhasil pastinya hanya akan mejadi sampah yang susah didaur ulang. Cukup diacungkan jempol untuk usaha Microsoft dalam kategori “Please Try Again” Marketing Effort.

Seperti semua pengguna Windows gratisan. Pengguna harus memperhatikan virus checker trial version yang ikut ditanamkan sewaktu W.7 starter terinstall, dan menunggu 30 hari masa percobaan sedekat kepala para perawat di ruang ICU mengawasi monitor pasien. Setelah itu update akan terhenti dan sistem sekarang terbuka untuk semua virus dan bakteri yang membuat kita terganggu dengan “buzz “ dan peringatan lain yang mengingatkan kita kalau sitim tidak lagi kebal dan rentan terhadap sistim yang tidak lagi stabil dan akan mengakibatkan malapetaka. Saat itu Aku akan merasa seorang “Jack” yang didukung oleh tim kesebelasan Persija yang main di Stadion Sepuluh November, surabaya.
Akhirnya Aku harus mengeluarkan biaya dua atau malah tiga kali lipat jika Aku harus tetap menggunakan windows gratisan. Sebut saja upgrade ke W.7 yang sebenarnya! Mungkin yang paling murah adalah home edition belum kita bicara versi profesional, office, anti virus yang asli, aplikasi lain yang harus dibeli terpisah dan diinstall lewat DVD drive yang harus dibeli terpisah pula, and THIS IS HELL!!!

Tidak heran, kemudian, bahwa ketika pengguna Windows (red Aku) akhirnya mampu memecahkan/memutuskan rantai kapitalis IT dan beralih ke sebuah OS dan aplikasi yang bebas dipakai maupun didistribusikan untuk sebuah kebebasan pengalaman pada desktop Linux. Selanjutnya mereka (para sales support) menatapku tak percaya ketika aku bilanng aku akan “menuntut mereka” untuk apa yang mereka tawarkan menginstallkan aplikasi apa saja yang ingin Aku installkan. Toh Aku tidak bilang kalau Aku pengguna Linux, mereka enggan untuk menghentikan mental bajakan itu. Mereka masih berfikir costumer akan merasa senang jika mereka mengisntallkan aplikasi aplikasi bajakan di net/notebook “mereka” dan ini benar benar sebuah PEMERKOSAAN massal yang BIADAB.
Sedikit Aku terpanggil untuk berbagi, dan Aku mencoba menjelaskan bahwa hak akses pada Linux membuat upeti seperti tidak perlu. Tanpa kebawelan atas definisi virus dan trojan, Aku juga memberitahu mereka bahwa mallware tidak dapat mengeksekusi pada komputer berbasis linux, kecuali Aku secara eksplisit memberi mereka root izin untuk melakukannya. HAHAHA sok tahu ya! Habisnya kesel aku sama mereka.
Permissions (akses) di Linux bersifat universal. Ada tiga hal yang dapat kita lakukan dengan file: membaca, menulis, dan mengeksekusi. Tidak hanya itu, mereka hadir dalam tiga tingkat: untuk pengguna root, untuk pengguna individu yang masuk, dan untuk seluruh dunia. Biasanya, perangkat lunak yang dapat mempengaruhi sistem secara keseluruhan membutuhkan hak akses root untuk menjalankan.

Microsoft Windows yang dirancang untuk memungkinkan orang luar (non authorise) untuk menjalankan perangkat lunak pada sistem kita. Perusahaan software yang menjustifikasi dengan mengatakan bahwa kita akan mendapatkan pengalaman dan dapat melakukan hal-hal yang dianggap keren pada desktop kita. Padahal menurut Aku harus jelas sekarang bahwa hanya orang yang mempunyai akses terhadap sistim adalah mereka yang mendapatkan benefit dan selanjutnya bertanggung jawab terhadap pengamanan tambahan didalam sistim atau memperbaiki kerusakan sistem yang disebabkan oleh itu.


Seperti bercinta dengan seorang pelacur cantik, kembangnya “pasar kembang”

Malware di Windows biasanya ditularkan melalui klien email, browser, atau klien IM, sistim kita merespon dan melayani manis madunya suatu interkaksi online diamana malware laksana sebuah kenikmatan tabu yang lambat laun menghancurkan sistim kekebalan kita, sementara kita tidak sadar kalo kita digerogoti olehnya. Beberapa program malware mengharuskan kita membuka lampiran. Lainnya bahkan tidak mengharuskan kesalahan pengguna. Dengan cara apa pun, malware pada Windows sering dijalankan, menjangkiti sistem lokal pertama, kemudian menyebar sendiri kepada orang lain. Njing! Sebuah lingkungan yang mengerikan, aku bahkan tidak berani lagi keluar rumah hanya untuk membeli sebungkus nasi goreng setelah jam sepuluh malam.

Tapi untuknya aku tidak tinggal di linkungan semacam itu, aku senang aku tidak tinggal di sana, aku tinggal di lingkungan yang aman dari malapetaka itu diman semua orang saling mendukung untuk menjaga keamanan tanpa dibebankan biaya dari perusahaan sekuriti.

Saya Tinggal di Kampung Linux.

Pada Linux, ada built-in perlindungan terhadap “kerajinan” tersebut. File baru yang tersimpan dari klien email kita atau browser Web tidak langsung diberi hak mengeksekusi. Mallware memang cerdik, ia mampu mengubah extensi nama file yang dapat dieksekusi secara umum dalam OS windows tapi tidak dengan LINUX, karena Linux dan aplikasinya tidak tergantung pada ekstensi file untuk mengidentifikasi sifat-sifat suatu file, sehingga mereka tidak akan keliru mengeksekusi malware saat mereka berinteraksi dengan itu. Keren kan?
Well itu hanya satu dari sejuta kenyamanan jika anda tinggal di pemukiman Linux. Mungkin saya hanya satu dari sekumpulan warga linux, dan mungkin juga mereka kenal dengan saya yang suka penasaran dengan kepulan asap dari dapur tetangga sebelah. Sebut saja ada tetangga depan rumah yang selalu memakai blangkon mungkin orang jawa ada juga tetangga belakang rumah seperti keturunan orang aceh yang didepan kaca rumahnya bertuliskan tulisan arab gundul ijo royo royo yang katanya cuma sebuah nama tempat di daerah aceh sana, ada juga tante Dora, Ibu Debi, ada juga orang aneh yang selalu memakai Topi Merah, ada juga penjual jamu pegel linux serasa daun mint, dan yang paling banyak para warga pemerhati binatang langka seperti anjing gunung, kemudian koala, ah pokoknya banyak deh!

Meskipun kita berbeda beda tapi kita hidup tenang dan rukun bertetangga, terkadang dari beberapa perkawinan antar warga yang berbeda darah itu kami mempunyai anak cucu yang manis manis sehingga menjadikan keturunan kami lebih variatif dan Plural. Eh, apakah itu namanya masih sama BHINEKA TUNGGAL IKA?

Kampung Preman yang lewat melalui Jendela dan Gerbang.

Lain halnya kampung tetangga kami di sebrang sungai, perkampungan mereka terlihat sangat mewah tapi aku melihat muka muram mereka dan terkadang stress setiap ada warga baru pindah mereka bertindak seperti preman, ada uang perijinan ada uang keamanan dengan dalih untuk membuat kampung mereka steril ada uang tambahan lain untuk fasilita tertentu yang mereka inginkan, dll.

Padahal aku sudah mencoba di perempatan jalan sebelum mereka berbelok ke perkampungan yang gemerlap itu, untuk menjelaskan kepada mereka bahwa mereka bisa tinggal aman dan nyaman dengan biaya hidup yang hampir NOL jika memilih tinggal di kampung Linux, mereka bisa sebebas saya dan para tetangga di kampung linux yang saling gotong royong untuk saling membantu kepentingan pribadi

Lalu mereka bertanya apa tinggal di kampung Linux tahan terhadap serangan terosris? Apakah rumah rumah di kampung Linux tahan thd peluru? Saya bilang tidak juga, cuma kita harus bertindak cerdas dan cepat untuk untuk menjaga sistem lingkungan dan kita tidak sendiri, kita melakukannya bersama sama tanpa pamrih, itu adalah sebuah kekayaan budi yang tidak dimiliki kampung sebelah sana.
Jadi jangan sampai anda terkecoh dengan iklan real estate yang menyesatkan dan iklan palsu dengan jaring perlindungan virus yang bertentangan. Kalo ga percaya silakan mampir di kampung saya.
lotta loves from,

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on