Thursday, April 22, 2010


“Ketika seseorang adalah maniak end-gadget dan pemuja open source (red. Linux) maka disitulah ciri ciri akhir zaman nampak terlihat”.

Saya pernah membaca sebuah artikel keagamaan dan juga mendengar sebuah khotbah Jum'at di sebuah mesjid jami di sebuah university terkenal yang notabene bilang bahwa, “jika dunia sudah bisa digenggam, yang jauh menjadi dekat, yang tidak terlihat bisa terasa, yang mustahil menjadi biasa, itu adalah ciri-ciri akhir zaman.

what the f*ck!

True! Setelah lebih dari lima tahun saya tidak megang merk Nokia, saya ingat terakhir saya mempunyai Nokia adalah seri N2175 kalo ga salah, sebuah Nokia CDMA yang cukup mumpuni dan baik dari segi design dan performa termasuk didalamnya multimedia dan networking ini terbukti selama kurun waktu tiga tahun waktu itu harganya tetap tidak berubah. Setelah itu saya berkelana setiap paling lama enam bulan sekali berganti handset, aliran fesyen, multimedia dan netwoking adalah tiga unsur utama saya dalam menentukan sebuah gadget!

INGAT... it is a gadget, it is not a mobile phone but it is a mobile hand-held personal computing atau dengan kata akhir saya adalah “a computer that makes a call”. Mudah mudahan ada padanan bahasa indonesianya yang tepat untuk itu, saya sendiri lebih suka menyerhanakannya dengan bahasa inggris.


Saya sering pindah Agama tapi Tuhannya tetap Satu.

Sialnya, tidak ketiga item yang menjadi petimbangan saya untuk membelinya tidak selalu bersamaan ada dalam satu handset. Ditambah ketika saya menjadi seorang pengguna linux, tentunya saya harus mempertimbangkan lagi sebuah device yang cukup kompatibel dengan lingkungan sistim yang saya gunakan, paling tidak untuk kebutuhan mendasar seperti mentransfer multimedia files, ataupun sebatas koneksi modem. That is it!! chef farah queen mode ON! So, akhirnya device versus distro yang saya gunakanpun harus disesuaikan demi hanya untuk memuaskan “nafsu” saya, sebagai seorang non-xda nor technical background di bidang IT apalagi seorang gigs linux. No f*ckin way!
So, awal Januari 2010 sebuah HTC Magic berbasis android yang masih jamaahnya linux saya tebus di sebuah mall IT terbesar di kawasan Pataya, Thailand sewaktu saya berlibur tahun baru selama sepuluh hari disana. Ah sudahlah, hidup atau kesempatan itu hanya sekali toh! Setelah sampai hampir empat kali saya ke mall itu hanya demi memuaskan windows shopping saya, maka saya tebus HTC Magic myTouch 3G special edition berwarna putih keluaran T Mobile seharga sama dengan 4.5 juta rupiah. Sebuah harga yang cukup “pantas-tis” untuk sebiah endgadget yang hanya segelintir dibuat apalagi dengan tulisan “with Google” di cover belakangnya lengkaplah sudah kenikmatan sampai keujung ubun ubun hanya dengan memegangnya saja. Konsekuensinya BB Gemini white edition yang saya tebus 3.2 juta di mall Plaza Ambarukmo keluaran T Mobile juga harus saya lepas ke teman saya (tentunya harga teman dan dicicil pula) cuma satu hal saya hanya menjual gadget bekas saya ke teman teman yang memang menurut saya dia pantas memilikinya. TITIK!

BB si miskin yang tukang porotin orang

Saya pernah merivew sedikit perihal BB dari sudut pandang saya yang tentunya dengan perilaku pasar untuk kapasitas saya. Faham kan lo... yang gua maksud? Gemini special white edition itu hanya berumur tidak sampai musim panen padi di belakang rumah saya. Kepenasaranan saya terhadap perilaku gila orang Indonesia yang men-Tuhan-kan BB sudah sirna sama sekali dan saya tidak mau menjadi bagian orang orang sedeng itu “ENOUGH IS ENOUGH”, selain miskin dengan aplikasi dan feature, RIM dan operator GSM hanya mengeruk keuntungan dari para “NETWORK CLIMBER”, ini sungguh gila!! Entah kemana uang yang dikeruk RIM dipakai? Apakah dia punya bagian research dan development-nya? Saya rasa tidak. Dan jika punya BB tentunya kita harus terdaftar untuk paket layanan BB kan? Kalau tidak, sebuah BB hanya bisa untuk SMS dan memotret tidak lebih baik dari sebuah mid-end handphone kan? TITIK

Aku ingin IMAM bukan Jamaah

Ketika saya mengupload sebuah foto hasil jepretan di Singkawang minggu lalu ke Facebook, akan tertera tulisan dibawahnya “uploaded by N900”, tapi SIAPA PEDULI? Toh sekarang HTC (red Hape Teko Chino) pun sudah bisa mengupload foto ke facebook langsung. Bahkan temen saya seorang hacker dan linuxer sejati, sebut saja namanya Darmansyah seorang mahasiswa asal Kendari malah bisa merubah footer untuk sebuah komen di facebook apa saja, dia bisa membuat seolah dikirim dari iPhone, Mac, apapun lah yang dia mau.

So kembali ke gadget, kembali ke OS yang dicangkokan dan kembali ke non-provietary application linux based, setelah saya main main delama 3 bulan dengan android yang notabene masih jamaahnya linux, saya tidak puas karena N900 yang saya beri julukan Imam nya OS smartphone saat ini dengan berbasis linux maemo adalah kepuasan multi orgasme yang pernah ada.

Ah, ini komputer apa smartphone sih?
lotta loves from,

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on