Wednesday, November 18, 2009
foto: koleksi pribadi, suasana di warung sup ayam pak min.

Jogja memang jagonya kuliner! ini semestinya menjadi aset tambahan untuk sektor pariwisata Jogja yang selama ini hanya memfokuskan pada sisa-sisa kejayaan masa lalu yang sebentar lagi punah itu. Liat saja!beberapa teman dari luar sana berceloteh "kalau itu rumah, bukannya sultan palace", haha! Saya tidak bisa komentar balik, karena yang ada di fikiran mereka itu kan istana-istana kerajaan yang mewah dengan artitektur aristokrat yang memang berbeda dengan kerajaan-kerajaan kita semasa dulu. Forget about it! Karena di postingan saya kali ini tiddak akan berbicara masalah "warisan".

Musim penghujan telah tiba, tak ada lagi debu yang beterbangan di jalanan menuju rumahku yang tak henti "gali lobang tutup lobang" dalam rangka peningkatan sewerage kota Jogja itu entah kapan selesai. Ah paling tidak aku tak khawatir lagi penyakit ISPA yang telah melanda ribuan manusia di selama musim kemarau silam. Tapi musim pacaroba dimana pergantian panas ke dingin ini sangat sensitif terhadap ketahanan daya tahan tubuh, juga menjadi kekhawatiran tersendiri dimana gejala meriang dan flu ringan telah melanda beberapa teman dekatku. YA! memang aku terdengar khawatir terhadap apapun, tapi itu bukannya membuat aku paranoid, hanya saja lebih berhati-hati akan apa yang aku konsumsi, banyak orang yang menganggap perutnya TPS yang membiarkan seseorang akan memilah-milah mana yang bisa digunakan mana yang totally waste! Ingat, di dunia IT pun ada istilah GI-GO, nah kalau yang dimakan sampah maka yang keluarpun adalah kotoran!! Yack! Gak mau kan seperti itu.

Sup Ayam Pak Min bukan junkfood!

Ingat junkfood? Pasti fikirannya langsung ke KFC, McD dan super franchise makanan cepat saji berbau Amerika, ya kan? Mereka bukan Junkfood menurutku, mereka itu fast-food dengan dengan standar higienis yang tinggi saat pengolahannya. Jadi janganlah bernegative-thinking tentang mereka, malah sebaliknya berfikir positive kenapa mereka bisa expansi ke seluruh dunia, ini patut kita pelajari. Gak mungkin kan gudeg wijilan bukan franchise di Amerika?

Baru tadi malam selepas aku melihat calon rumah kontrakan periode 2010-2011, karena tahun 2012 sepertinya harus cari daratan lebih tinggi untuk mempersiapkan diri di impact 2012 nanti, halah gini nih otak karena pengaruh XXI tempo hari. Anyway, sebenarnya sudah seminggu ini aku cari-cari dimana letaknya Sup Ayam Pak Min Klaten yang sepertinya enak itu, aku tahunya dari beberapa spanduk berdiri di sepanjang ring-rod utara mengarah lampu merah, dan di seputaran Jakal KM4-5, spanduk berwarna hijau daun itu telah membuat beberapa sektor di otak aku tak lagi bida di "defrag", bukan karena warnanya yang mencolok dan tulisan sederhana yang malah membuat aku penasaran, tapi "ijo-godong"nya itu yang mengingatkan sebuah grup musik local yang ingin rasanya aku mendengar setelah mati-geni 40 hari 40 malam.

So, finally! Mengerem mendadak bukan kebiasaan saya dijalan raya, apalagi pada kecepatan tinggi di jalanan yang ramai seperti Jakal KM5, saat rush hour! tapi ya itu! warungnya si ijo daun! YESS! akhirnya 180 derajat kuputar Mioku dan here we go!

Pak Min ini hanya buka dari Jam 3 sore, jadi jangan harap bisa makan siang disana atau sarapan pagi dengan sup ayam, hehe. Mungki sebelum jam 3 sore, para pekerjanya harus kejar-kejaran dengan "ayam kampung" yang tidak dikandangi itu lalu membawanya ke Jogja dari Klaten.

Bersebelahan dengan toko "Arloji", wah lupa namanya tapi satu-satunya di KM 4.5 dengan logo SEIKO besar itu, nah disitu pula temenku dari jerman pernah membeli arloji merek SEIKO langsung dengan model yang sama sebanyak 4 buah! dia bilang 1 untuk saya, 1 untuk kawan, 1 untuk adik dan 1 untuk mama! Aje-gile... tapi ini nyata, dia bilang harga 4 arloji seiko dengan tipe yang sama disini hanya bisa dapat satu saja disana. WtF! so, apa ini sebuah peluang? Haha gak marah ko temen-temen aku menjuluki aku "otak tahudi".

Sup Pak Min ini cukup unik! Diawal aku tanya apa ada ceker, tapi mereka bilang sudah habis, wah kenapa sih bagian tubuh binantang ini yang paling sering menempel dengan kotorannya sendiri koq cepat habis, "pasti ada sesuatu dengan warung ini", imbuhku dalam hati. So, aku mulai wondering dengan mangkok-mangkok yang bertumpuk tinggi dengan potongan-potongan ayam yang telah siap disiramkan kuah kaldu dari wajan yang bergolak itu. Pandangan mataku tertuju pada beberapa potong yang berwarna agak kuning tak terlalu pucat, dengan potongan agak besar-besar, ah! Akhirnya... Semangkuk penuh dengan 2 kali minta kuah panas, 2 mangkuk nasi putih ditaburi goreng bawang, 1 teh panas telah masuk kedalam perutku, hanya RP. 11K saja!

Hanya? Wait... menu lain dibawah Rp. 10K koq, kenapa sedikit mahal dari yang lain? Eh ternyata, potongan-potongan ayam yang aku makan itu bagian dari "Brutu" alias "pantat" (*maaf ya, bukannya porno disini), pantesan MAHAL dan ENAK ....


Sebuah menu sehat diawal musim hujan!

lotta loves from,

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on

translate this page

Blog Archive

Subscribe to Feed


who viewed me

visit Jogja

Visit Yogyakarta / Jogja