Saturday, May 10, 2008

FACE OFF

Jadi tukang keliling kota on company account memang menyenangkan sekaligus juga memusingkan, senangnya karena bisa ketemu banyak orang dengan latar budaya berbeda dan sekaligus bisa mencicipi masakan lokal, akan tetapi tense pekerjaan juga tak kalah membuat aku terkadang lebih senang stay Jogja untuk beberapa waktu. 

Berbeda dengan Medan.
Berbeda dengan tahun lalu.

Surabaya sekarang nampaknya mulai ramah kepada pendatang terutama yang ingin menghamburkan uang untuk sodara kita dari kawasan Indonesia bagian timur, selain terkenal dengan wisata belanja juga tekenal dengan wisata bahari (red. baca birahi). Aku tidak akan mengomentari wisata belanja yang mungkin sedikit telah aku posting diawal thread ini, maupun wisata birahi yang trip kali ini benar-benar aku tidak ada hasrat untuk menyalurkan birahi di kota buaya, yang penuh dengan buaya daratnya, karena memang selama 2 minggu terkahir aku benar-benar sedang tidak bisa menikmati ritual birahiku. Entahlah.

Yang ingin aku share kali ini adalah dimana Surabaya nampak semakin cantik, bukan karena produk pemutih lebih menunjukkan angka penjualan yang tinggi dibanding kota lain, akan tetapi Surabaya banyak didapati pojok-pojok kota yang apik dan cantik dengan dibuatnya taman-taman kecil yang disediakan untuk masyarakat untuk bersosialisasi sambil menikmati indahnya kerlap kerlip lampu malam. YA IYALAH MASA YA IYA DONG kalo siang hari kan bisa buat jemur ikan peda!

Trototar dipercantik dan diperlebar disana sini, kaki 5 juga sudah berkurang banyak tidak seperti 2 tahun lalu yang nampak kumuh dan kotor. Kelihatannya Medan atau Jogja harus lebih banyak belajar dari Surabaya tentang hal yang satu ini. TAMAN KOTA, sebagai paru-paru Kota tercinta.


10KM untuk 5 ribu  

Kalau rekanku yang  dari Jakarta tidak bisa hadir di meeting kenapa alasanku ke Surabaya kali ini, dikarenakan dia dia tidak bisa melewati Toll Airport di Jakarta karena air laut yang naik ke daratan dan menggenangi lebih dari 1meter jalan sehingga menimbulan chaos untuk penerbangan. Sebaliknya dengan aku bisa menghemat 30 menit dari Juanda ke Waru yang kali ini Toll akses sudah bisa dilewati. Niat hati ingin merampok pengguna jalan toll dengan tariff yang menurutku sangat mahal jalan toll yang aku lewati tampak kosong bak jalanan hantu ditengah hari bolong. Tapi kayaknya hantupun malas lewat sini karena kemahalan.  


Time is Money?

Yes indeed! Kelihatannya Surabaya sudah terlalu komersial sekarang. Selain kota untuk menghamburkan uang, semua sudah serba mahal, makan di pinggir jalanpun hanya dengan sepotong tahu dan ikan + es teh = Rp. 17.000 ini gila.


Dj-mlaku-mlaku-neng-tunjungan


lotta loves from,

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on

translate this page

Blog Archive

Subscribe to Feed


who viewed me

visit Jogja

Visit Yogyakarta / Jogja