Saturday, October 20, 2007

Share dari obrolan tetangga sebelah:

Thanks buat “dr” yang udah kasih sedikit pencerahan buat kita-kita yang udah matang dan hampir membusuk ini :

+++++++++++++++++++++++


"Pada umur berapa sih cewe sebaiknya kawin, err…., menikah?"

Begitu temen gw mulai obrolan di SPAZZIO – PIM II, rabu malem kemaren yg cukup rame walaupun ini bulan puasa. Udah seminggu ini dia gak bernafsu ngapa2-in, bahkan untuk keluar tadi juga hrs gw paksa. Herannya, sepiring salmon sandwich pesanannya habis juga. :D

"Menurut peraturan pemerintah sih, 21 udah bisa," gw menjawab "berapa umur dia?".

"Dia lebih tua 2 tahun dari gua sih." Katanya.

( ~*Ahh, klise. kita gak tahu siapa yg kita pilih, kan?.*~ )

Temen gw ini udah 6 bulan ini nge-date cewek yang sama. Awalnya dia nothing-to-lose, tapi mungkin karena sering ketemu, akhirnya suka juga. Apa boleh buat, dia mulai menjadikan si gadis sebagai bagian hidupnya. Biarpun yang namanya cinta-sejati masih diragukan juga kehadirannya bagi mereka.

Temen gw udah berniat baik menaikkan komitmen dari sekedar nge-date secara berkala, jadi sebuah ikatan. Pacar!. Sayang, hanya beberapa bulan sesudah masuk taraf pacaran, dia dapet masalah yg membebani kepalanya. Bukan...!.. bukan perbedaan umur yang terlampau jauh. tapi "DEADLINE" si gadis untuk segera menikah.

"Dia udah 28. Dan ortunya ngedesak awal tahun depan dia harus MENIKAH".

(Oohh, orang tuanya mendesak, dan elo teman... ~*tersedak dalam hati*~ menemukan rhyme. ... !*dasar musisi...*~ :D* )

"Orang tuanya nawarin dia banyak calon laen. Dia dulu kencan bukan cuma sama gua. tapi dgn calon2 yang menurut org tuanya representatif itu juga"

"So?" tanya gw

"Ya, gua masih mungkin menang sih..." jawabnya PD. "Tapi ya gua lebih mudaan aja dari mereka" sambungnya

Lalu dia menceritakan jenis2 cowok yg ditawarkan ortu si cewek itu. Temen gw ini jauh diatas mereka dalam hal ketampanan, dan juga kemapanan". Dia kerja di sebuah perusahaan IT yg ngasih gaji glamour untuk umurnya yg baru 26. Gw bangga sm temen gw ini. Kekurangan dia hanya satu!, gw nganggap temen gw ini terlalu muda untuk kawin.. err... menikah maksud gw.

"Lagian dia juga sering kok ngungkapin isi hatinya. Gua tahu, gimana perasaan dia ke gua. Gua sih siap2 aja menikah. tapi... errr..." ( ~*Nah. ini dia.*~ ) "Gua hanya punya waktu, 1 tahunlah... I mean, okey gua pacaran. tapi dalam waktu 1 tahun itu gua harus MARRIED. Gimana kalo dalam satu-dua bulan terakhir, gua gak menemukan kecocokan, lalu pernikahan itu GAGAL?"

( ~*Hmm..., itulah sebabnya gw suka film klaisik 'High Fidelity'. bukan karena John Cussack dan Jack Black bermain bagus untuk urusan musik2 itu. tapi juga mewakili masalah yg dihadapi cowok2 seumur kita (Rob Gordon is also 25 years old in the movie, abandoned by his girlfriend, and had the same problemo with his relationship).*~ COWOK!. DAN MASALAH KOMITMEN. Another classic. )

Dulu gw juga pernah punya masalah yg serupa. Masalah yang membuat gw memilih (kabur)ke Jakartasekarang.

Trus gw bilang pada temen gw itu: "Jangankan satu bulan terakhir. bahkan hanya 6 jam terakhir pun, itu masih mungkin gagal".

Ya.. hanya 6 jam, sebelum gw memberikan kepastian untuk menikah, gw diputusin cewek gw di bandung

--------------------------

Eniwei, gw ingat kata2 cewek yg gw pernah cintai itu sambil terisak kepada gw: "Gw tau... susah banget buat ngeyakinin cowok buat married. Sampe ada bukunya khusus buat itu..."

Baris terakhir itu sebenarnya membuat gw ketawa (dalam hati). betapa cewek yg gw sayangi itu sangat ORISINAL ( ~*bahkan dalam kesedihannya*~. )

Tapi hanya 30 detik kemudian gw sadar ini hal yang besar,MONSTER yg ditakuti sebagian besar cowok dalam umur gw. KESIAPAN untuk menikah!.

Sementara itu, bagi para cewek, waktu terus berdetik. tik.tik. detik. detik jadi menit, menit jadi jam, jam jadi hari, hari - hari berlalu, ( ~*loh... elo Ahmad Dhani ya?.*~ hahahaha :D )

Gw sebenarnya heran. gimana hal kayak gini bisa jadi KETAKUTAN bagi cewek?..

Maafkan gw, tapi gw benar2 gak ngerti.

Gw emosional banget waktu mengalami masalah dengan cewek gw dulu itu, karena gw gak mengerti apa sih yg dia takutkan?. Kenapa hal ini menjadi semacam GARIS-HABIS?,trus apa yg terjadi jika garis itu benar2 habis?.

------------------

Gw pesen gelas kedua honey-ginger vodka martini (ampun, ini bulan puasa bro!), trus gw memberikan saran untuk temen yang sudah kehabisan wajah cerianya itu,

"Bro, gw bilang sih.. it's NOT your problem. I mean, soal married itu... Itu kan masalah DIA dan keluarganya. WHO ARE YOU?"

Temen gw itu terdiam. Mungkin kata2 gw dengan tekanan tegar itu terlalu TELAK. dia memang BELUM ada ikatan.

Trus terang, gw ngerasa seperti melihat diri gw yang sama setahun yg lalu, teman gw itu duduk lemas...,. ( ~*yang dalam keletihannya, berusaha menjadi pahlawan buat ceweknya*~. )

Jangan salah…!. Jika sebagian cewek pengen jadi seperti JULIET dalam karya william shakespeare. Cowok juga punya mimpi menjadi ROMEO..!. ( ~*sepertinya gw lupa mematenkan hal ini, tapi gw menyebut hal ini dengan "Romeo Syndrome"*~.)

Butuh waktu lama untuk menyadari posisi gw dalam kasus dulu itu. Makanya gw mungkin agak MENEKAN temen gw itu. krn gw tau, ego cowok yg besar masih terlalu sulit untuk ditaklukkan. ( ~*sebuah pengakuan ya*~ : ) kadang bagi cowok itu yg jadi masalah itu bukan masalahnya. tapi EGO kami sendiri.

Lalu gw ajak dia ngobrol serius tentang nasib dan takdir.

Dulu, ketika gw stress dengan masalah gw sendiri, seorang teman menganjurkan gw berkontemplasi dengan agama. setidaknya, itu ngebantu gw lebih tegar dan sabar ( ~*memunguti keping2 hati yg hancur jadi serpihan*~.)

"Elo percaya takdir, man?" tanya gw

"Iya. tapi kan kita bisa merubah nasib...," dia masih belum menemukan gambaran.

"Ya, itu nasib!. Tapi kita gak bisa mengubah takdir kan?. Gini lho, Tuhan emang nyuruh kita mengubah nasib. Kita berusaha untuk itu, tapi takdir, lebih tinggi dari nasib. Elo mau apa kalo Tuhan udah bilang takdir elo bukan sama dia?"

Gw punya argumen tentang ini. Mungkin sedikit sinis.

Tapi gw ngelihat,orang2 tua yg menetapkan anaknya harus menikah pada usia sekian, atau juga si cewek itu sendiri yg membuat garis-habis dia harus menikah pada usia sekian,adalah kelompok yg "membuat takdirnya sendiri".

Okaya, gw juga membuat garis-batas. Gw harus jadi ayah pada usia sekian,tapi gw tidak memaksa untuk itu.

Gw berusaha!, tapi TIDAK menekan. Gw tidak ingin gw membuat takdir gw sendiri,karena tugas gw hanya berusaha, lalu menyerahkan sama yang punya takdir. Setidaknya, ketika gw gagal kemarin, ini yg membuat gw bisa kembali bangkit.

Emang bukan takdirnya gw "jadi" sama si-doi!.

Lalu, masalahkembali ke pokok.

"Oke, if she's NOT the-one. Anggaplah setelah 6 bulan, ternyata... gua gak cocok sama dia. Gua mau putus. trus, gua bakal nyakitin dia banget dong?" tanyanya

"Ya,nggak..." jawab gw pendek

"Kok nggak?" dia bingung

"Ya, apa salah elo?" gw balik bertanya

"Kan dia berharap gua jadi suaminya?"

"Hey... hey.....takdir...!. hei..!." potong gw.

"Tapi gua gak bisa kalo harus kayak gitu, gimanapun gua kan harus bertanggung jawab..."

(~*"Love conquer all...!". begitu kata cewek gw dulu itu. Nah, seperti ini contohnya, hahahaha...*~ :D )

Gw juga dulu kayak gitu. Ngerasa punya kewajiban untuk membuat si cewek bahagia. tapi sebenarnya, jika kita gak sadar, bisa jadi kita hancur lebur. Mending iya ceweknya bahagia. kalo ternyata gak merubah sesuatu?. ( ~*maaf, jika gw kembali sinis.*~ )

Gw kembalikan, bahwa tidak satu hal pun yg harus dikhawatirkan oleh sobat gw itu mengenai tanggung jawab ini.

Dia cukup berusaha. Jika ada masalah mengenai si cewek kemudian gak bisa menikah pada garis-habisnya, atau pada batas yg ditetapkan orang tuanya, itu sama sekali BUKAN masalah temen gw itu. Itu masalah si cewek dan ortunya.

Gak usah mencampuri masalah keluarga orang laen deh. Kira2 gitu pesan gw ke dia.

"Tau gak, cewek yg ampir gw nikahin dulu,akhirnya lewat kan batasnya. Toh gak terjadi apa2.

"Okey doi mungkin punya sedikit masalah dgn ortunya, tapi gak terjadi apa2!. Gak ada kiamat waktu-batas itu tiba dan berlalu gitu aja".

"Sekarang, doi malah pacaran lagi dengan cowok laen, sampe sekarang".

"Percaya deh, cewek elo itu juga akan begitu. In case loe gak work out, lalu putus, dia bisa nemuin cowok lain kok".

"Loe jalanin aja, berusaha untuk itu. Tapi kalo lo gak yakin dengan konsekuensinya, ya jangan lo jadiin ikatan yang sekarang."

Gw hanya memberi pesan. Tapi terserah temen gw itu, Dia punya intuisi sendiri.

Yang jelas, gw gak mau dia begitu terbebani dengan hal ini. Gw tau rasanya, ketika semua hancur begitu saja. ( ~*luka yg menancap jauh lebih perih dibanding jatuh secara horizontal kedalam lubang jebakan dalam game Prince of Persia*~. )

Lalu kami pulang.

Dan persis tadi siang ini gw mendengar kabar. Cewek gw yg di bandung dulu itu, putus lagi dengan kekasih barunya. Alasannya klasik, terlalu lama menunggu!. Ahh, beberapa cewek memang tidak berubah...!.

Whatever, itu jauh sudah BUKAN masalah gw lagi.

Gw punya masalah undercover yg lebih pelik ~* Tuink…tuink*~.




~dr~

++++++++++++++++++++

Dj, menikah kategori sunat kan bukan wajib?

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on

translate this page

Blog Archive

Subscribe to Feed


who viewed me

visit Jogja

Visit Yogyakarta / Jogja