Saturday, October 20, 2007

Road can be violence if you don’t know how to deal with it.

Pirates From Kebumen

Ini cerita lain dari perjalanan mudik gue sejauh lebih dari 700KM Jogja-Pangandaran-Jogja. Baru saja 1.5 jam meninggalkan Jogja sekitar jam 14 :00 di daerah Kebumen tiba-tiba Mio gue goyang bagian buritannya dan sedetik kemudian gue sadar kalo ban belakang gue kekurangan tekanan angin yang mendadak dan seketika gue menepi dengan menarik tuas rem depan belakang pelan-pelan mengikuti laju badan motor yang telah gue release rip gas-nya sampai titik NOL.

”Shiit ” gue mengumpat dalam hati. This could be something very bad !

Untungnya (red. Orang kita selalu aja untung), tidak jauh dari gue berhenti ada tambal ban dan tanpa “ba-bi-bu” gue suruh si bapaknya membuka ban dan mengeceknya. Dan dugaan gue gak salah “ban dalam robek” dan tidak tanggung-tanggung selebar ruas jari telunjuk gue! O.M.G. Entah suhu aspal dan gesekan ban gue yang over-heated yang pasti kalo road-temp aja gue estimasi sekitar 40 derajat celcius, apa jadinya ban dan aspal yang bergesek sehingga tekanan angin akan meng-stimulasi panas dengan putaran roda dan kekuatan ban “IRC” yang terpasang didalam ban.

“Ganti baru berapa pak?”

“Rp. 25,000”. Jawab di bapak tambal

“What!!! Gila aja nih orang aji-mumpung banget”, kata gue dalam hati.

“Mahal banget pak”, tanya gue pura-pura keheranan.

”Iya mas, harga ban baru saja naik sebelum lebaran”, jawab si bapak dengan muka yang sok-ndeso (red. Innocent)

“Bener-bener rampok jalanan”, umpat gue tetep dalam hati dengan muka tetep dibuat manis.

“Ya udah bapak ganti sama serep saya aja” kata gue sambil buka jok motor sambil mengeluarkan ban dalam baru dari compartment penyimpanan jas hujan.

Trus gue kasih deh ban baru yg selalu gue bawa untuk jaga-jaga kalo long trip ke si bapak, tampak muka si bapak melongo gak tahu apa maksudnya. Mungkin dalam hati dia ngomong “sialan, rejeki ilang”.

5 menit kemudian selembar uang Rp. 5,000 akhirnya diterima si bapak dengan ucapan terimakasih dari gue dan gue sekali ini selamat dari “street-robbery”.

Tunggu dulu! Road Killers story belum sampe disini.

Pembunuhan Berencana

Ingat tahun lalu ketika diberitakan ada balita meninggal di pelukan ibunya dan si ibunya baru sadar kalo bayinya meninggal ketika sampai di kampung tujuan dia di Klaten (kalau tidak salah) setelah menempuh perjalanan seharian dari Bekasi.

Ya ini baru namanya real Road Killer dengan cara yang direncanakan! Pasti kalau di amerika si orang-tua bayi akan diseret ke pengadilan oleh dinas perlindungan anak karena telah membunuh anak kandungnya sendiri dengan rencana. Betapa tidak, hanya dengan bermodalkan selimut tebal dan gendongan bayi, si bayi harus menghirup knalpot kendaraan sepanjang jalan kenangan Bekasi-Klaten dan karena si bayi diem aja dikira sama si ibunya tidur dan gak rewel, eh gak tahunya udah tak bernyawa!

Pebunuh Berdarah Panas (Ndeso-Riders)

Bocah2 ndeso yang pada saat liburan lebaran pada keluar jalan provinsi berbondong bondong mengunjungi tempat2 wisata dan karena biasanya melaju seenak udel-nyadi jalan ndeso yang kosong melompong dan tidak pake helm sehingga kuping dan mata bebas menangkap sinyal, sekarang tiba-tiba harus pake helm standar yang kuping dan matanya hanya bisa berfungsi 40% dari kebiasaannya, ditambah dengan hiruk-pikuk jalan provinsi disaat peak-season ini menambah stress dan derajat kemampuan mengendarai motor mereka turun hanya menjadi 40% saja ditambah pula dengan ego-ndeso-nya yang sok pengen pamer riding-skill-nya ke teman ataupun pacar yang dia mboncengi.

So, alhasil perilaku mereka dijalanan yang urakan dan membahayakan diri orang lain dan tentunya juga dirinya sendiri. Yang ini juga patut dikasih pelajaran, gimanapun alasan self-defense itu tidak akan dihukum meskipun si-defender terbukti telah membunuh.

So, sekali waktu selepas Wangon menuju Karang-Pucung dimana jalan berkelok-kelok dan sebuah Suzuki Shogun yang dimodif ceper melaju kencang menyalip gue dengan mengambil ½ bahu kanan jalan sementara gue sudah ½ badan bis menyalip sebuah bis antar-kota yang terseok-seok kelebihan muatan, gue lirik speedo meter 80KM berarti gue masih didalam batas wajar, jalanan saat intu membentuk letter “S” dengan jarak pandang yang masih bisa ditolerir saat ini pula sebuah mobil kijang meluncur dari arah berlawanan yang mana gue udah sadar dan tahu jarak antara gue dengan kijang dan bis ini masih ada sepinggang orang dewasa, tapi apa yang terjadi jika gue dan si Suzuki Shogun itu hampir bersamaan dalam kondisi seperti ini???

Syaraf reflex dan urat sadar gue segera memerintahkan tangan kanan gue menarik grip gas ke level maximum dan jempol kiri gue menarik tuas choke dan secepat kilat menekan tombol klakson selama hampir 2 detik. Disaat ini, tentunya tenaga dorong yang dihasilkan paling tinggi ditambah dengan supply bensin yang bertambah ke ruang pembakaran dari hasil choke dibuka yang otomatis akan menambah tenaga sekitar 20% dari normal. Sedangkan klakson yang dibunyikan memberi kode kepada si sopir bis + si Shogun akan keadaan yang emergency, dan si Shogun hampir mencium buritan Mio gue.

Entah apa yang teradi setelah hampir 2 detik tadi, tapi Alhamdulillah gue bisa melewati bis pas di tikungan yang mengarah kearah kiri (red. Hampir di leher letter “S”), tapi si Shogun sepertinya sedikit mengalami turbulence akibat dari pergesekan udara yang terjadi sewaktu kijang berpapasan dengan bis dan si Shogun sedikit membuang badan meluruskan track dia ke-arah kiri tentunya, yang terlihat agak tak jelas kalo si Shogun nyelonong ke sisi kanan hampir menambrak tebing dan masuk parit.

Ps: Maaf kalo lo orang kota dengan perikalu seperti ini tetep juga Ndeso-Riders

“Ufss, I did it again”.

Disini!

Gue ngerasa kalo semua darah tersedot naik ke ubun-ubun.

Gue ngerasa kalo didepan sana ada 2 belokan, Ambulance atau Keranda Mayat?

Gue ngerasa kalo gue kecil banget dihadapan Pencipta.

Other Road-Killers (versi gue)

· Dinas Pekerjaan Umum. Jalan raya yang antar provinsi yang tambal sulam seperti ban vulkanisir yang terlihat rata di permukaan tapi kalo melaju seperti naik “bajaj-bajuri” yang bikin “pinggang patah”. Dengan lubang menganga yang siap menghantam kaki-kaki sedan anda masuk bengkel untuk spooring dan balancing selepas lebaran, atau parahnya menyerempet pengendara speda motor atau juga menambrak pohon karena menghindari lubang tadi. Paling extreme-nya pengendara motor yang terlontar kedepan dan jauh di aspal lalu tergilas bis yang kebut-kebutan. Naudzubillah ….:(

· Pengendara yang ngantuk.

· Pengendara bis yang ugal-ugalan cari setoran.

· Ban kendaraan yang gundul.

· Rem yang tidak pakem.

· Pengendara yang yang sambil pegang telepon di kuping (ini ada loh)

· Pengendara yang sambil sms (juga ada loh, gila kan)

· Pengendara yang nahan pipis (pastinya akan kaburkan konsentrasi kan)

· Pasar tumpah (ini bikin macet sejauh 10KM di karang anyar dan gombong)

· Klakson “bodong” yang mengagetkan dan memekakkan telinga (orang macam ini patut digantung lehernya di tiang lampu merah). Asuuuuuu!

· Tentunya juga knalpot bodong juga patut “dikebiri” tuh orang.

dj, love-killer

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on

translate this page

Blog Archive

Subscribe to Feed


who viewed me

visit Jogja

Visit Yogyakarta / Jogja