Saturday, October 20, 2007

He was She

Ada sebuah email dari seorang member di milis tetangga yang menginformasikan rencananya mau ke Pangandaran sendiri dengan cara back-packer. Gue tergelitik dengan kebiasaan dia yang agak nyeleneh ini, betatapun di Indonesia hampir tidak ada cerita orang suka traveling secara gembel ini.

Tadinya gue mau kontak dia sebelum berangkat mudik, sapa tahu bisa nambah teman dan jadi travel-mate selama gue mudik. Tapi gue udah keburu lupa dengan agenda satu ini, dan baru keinget sewaktu gue mau nulis tentang perjalanan mudik gue.

Thanks to Google-Desktop yang telah memudahkan gue menemukan sesuatu hanya dengan mengetikan kata kunci, so gue tekan tombol Ctrl 2x dan gue ketikkan “ciamis” di dialog box, dan dari 278 hits yang muncul 3 header pertama adalah perihal berita seorang bekas atlit dari Ciamis yang pernah mengharumkan Bangsa Indonesia ini di kancah pertandingan International yang sekarang menjadi seorang petani.

Geram memang kalo berfikir kearah sana, dimana para bekas atlit Indonesia sepertinya tidak diberikan tempat kehormatan dari Pemerintah Indonesia terhadap jasa mengharumkan nama Bangsa ini. Secara atlit juga kan tidak seperti pegawai negeri yang meski sudah diatas umur 30 masih bisa berkarya, nah kalau atlit ini kan factor “U” itu sangat mempengaruhi stamina dan performa mereka. Belum lagi atlit muda berbakat yang asupan gizinya lebih baik dari atlit senior pasti lebih bersinar ditambah peran sponsor swasta yang tertarik.

So lagi-lagi sebuah station TV swasta melirik peluangnya sebagai ajang menaikkan ratting-nya dengan variety-show bertajuk membuat si pensiunan atlit ini terbantu keadaan ekonominya. Buat gue tetep sebuah “Penghinaan”! Ajang exploitasi keterpurukan para mantan atlit Indonesia.

huuuh…. benci aku!! (mode sitetron ON)

OK. Back to the point is… masalahnya juga bukan yang gue utarakan diatas perihal postingan gue kali ini tapi, di sebuah Dusun di Kabupaten Ciamis ada sebuah fenomena sosial seperti ini.

APA KATA DUNIA?

++++++++++++++++++++++++++

Sosok - 04/06/2007 13:32


Mantan Atlet Menjadi Petani

Bagi sebagian besar masyarakat, nama Karnah mungkin tak berarti apa-apa. Tapi, sebenarnya ia pernah berjasa pada dunia olahraga di Tanah Air. Dialah atlet Indonesia pertama yang mengibarkan bendera merah putih di ajang internasional.
Liputan6.com, Ciamis: Melihat sosok lelaki tua ini, wajar bila orang mengira ia adalah petani biasa. Rumahnya terletak di Kampung Noong, Cisagak, Ciamis, Jawa Barat, pun biasa saja. Namun Iwan Setiawan, demikian nama lelaki itu sekarang, sebenarnya pernah mengukir prestasi besar di dunia olahraga.

Ketika SCTV baru-baru ini menjumpai dirinya, Iwan mengungkapkan pernah menjadi juara ketiga cabang lempar lembing pada Asian Games tahun 1958 di Tokyo, Jepang. Keberhasilan ini sekaligus menempatkan dirinya sebagai atlet pertama Indonesia yang meraih medali di tingkat dunia.

Ia kemudian memperlihatkan foto-foto yang merupakan kenangan manis bagi dirinya tersebut. Tapi tunggu dulu. Ternyata, foto-foto itu memperlihatkan seorang perempuan, bukan pria. Ya, prestasi Iwan memang dicetak saat dirinya masih berkelamin perempuan dan bernama Sukarnah.

Iwan menuturkan, saat berusia 40 tahun, dirinya memang berganti kelamin menjadi laki-laki dan namanya pun berganti Iwan Setiawan. Pada tahun 1981, Iwan menikahi istrinya, Pujiastuti. Dan sang istri telah mempunyai seorang anak.

Walau berprestasi, nyaris tak ada bekas-bekas kejayaan Iwan, apalagi dari segi materi. Perhatian dari pemerintah? Lupakan saja. Kini, Iwan harus menafkahi keluarga dengan menjadi buruh tani serabutan dengan upah Rp 15 ribu per hari. Maklum, ia memang tak mempunyai tanah garapan.(ANS/Eko Setyabudi)


HYPERLINK "
http://www.liputan6.com/view/3,142484,1,0,1.html"View article...

++++++++++++

Ps: saat ngetik ini gue raba boxer gue dan Thanks-God it’s still there!

dj, perfectly-still-a-man

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on

translate this page

Blog Archive

Subscribe to Feed


who viewed me

visit Jogja

Visit Yogyakarta / Jogja