Monday, October 01, 2007

[Jogja] - 28.09.07

Kepala Plontos dengan jenggot dan kumis serta cambang yang dicukur rapi dengan menyisakan dengan gurat biru tersisa yang terseksan sexy dan macho, dibalut kaos polo putih dengan paduan blue jean yang serasi.

Kind of metrosexual guy! Sekilas gue melirik kearahnya. Selanjutknya gue disibukan dengan list delegasi tamu kantor yang berasal dari Cambodia, Laos, Vietnam & China yang akan melakukan study tour di bidang pengolahan limbah domestic yang menjadi core-business dari organisasi dimana gue kerja.

Awalnya gue gak begitu pay-attention kepada cowok itu tapi karena kedengarannya dia sedang menelefon pacarnya yang semakin lama tone suaranya semakin meninggi dengan seolah-olah sedang latihan untuk sinetron yang dikejar jadwal tayang.

Berikut beberapa phrase percakapan yang gue tangkap disela-sela konsentrasi gue mencocokan nama-nama asia yang asing antara list dari kantor dan list yang sudah dibooking-kan di reservasi hotel:

“Jadi kapan kamu ada waktu untukku?”

Jeda

“Trus jadi menurut lo lebih istimewa temen dari pada gue?

Jeda

”Jangan berfikir kalo gue di Jogja ini hanya senang-senang ya, memang tadi malam gue keluar ma temen-temen pelatihan tapi bukan berarti gue keluar trus ketemuan” !

”Ýa ampun jadi anak ini gak sayang ma aku, jadi anak ini gak cinta lagi ma aku” ?

Jeda

”Sayang, aku cuma sayang ma kamu, aku cuma cinta ma kamu, kalo nggak mana boleh kamu tinggal dirumahku selama aku pergi, mana boleh kamu pake mobilku ”.

Bla bla bla bla bla bla

“Ok Ok, kamu tukang bohong aku tukang bohong, SOOO WHATT”!

And the scene continue more than 30 duration without commercial break

Oh My Dog…. Kata gue dalam hati, lengkingan terakhir dia membuat gue harus menutup lid notebook gue menyenderkan punggung gue di kursi lobby hotel yang bersebrangan dengan dia, gue sedikit selonjorkan kaki kebawah meja pendek itu, sementara kedua telapak tangan gue jadikan sandaran kepala gue yang sedikit merebah ke kursi dan mulai gue arahkan pandangan mata tajam gue kearah muka dia, seakan akan gue lagi melihat seorang pelakon maestro dalam suatu pentas teather berjudul “Romeo dan Romeli”.

Gimana nggak, bayangin seorang yang semula gue bilang cool dengan penampilannya yang mendekati perfect, tapi diakhir “ludes” semua imej yang menjadi “emblem” dia dengan kelakukan dia seperti itu. Ini lobby hotel, tempat umum dimana bukan hanya dia yang ada disitu, ada gue yang lagi konsentrasi takut kalo hotel salah tulis nama tamu-tamu kehormatan gue atau malah jangan-jangan ada yang belom masuk dalam daftar, ada sepasang suami istri turis belanda yang sudah tua yang baru saja kembali seharian capek muter-muter kota jakarta, dan ada beberapa bapak-bapak yang kelihatannya sedang menunggu berbuka puasa.

Oh my Ipod!

Please deh cong boleh aja lo jadi cong tapi lihatlah kapan lo bisa berakting jadi seorang the-most-high-frequent-traveling-business-woman yang pandai tebar pesona di lobby hotel, dan kapan lo bisa jadi seorang possesive-melankolis-jeaoulessy-cong yang bisa menjadikan lo seorang macho-look menjadi macho-melted-on-the-bed.

Ternyata, tak seindah warna aslinya.

Ternyata, layaknya seorang cleopatra yang terlihat garang dari luar tapi dalemnya tetep berhati lembut seorang wanita.

Ternyata, kalo cinta sudah bicara semua ke-jaim-an bisa lupa dan kepribadian yang asli tersisa.

Ternyata sekali cong tetep cong.


Cong, cong, cong !

Dj, so into queer drama

0 komentar:

Post a Comment

hey...thanks for your post, i really appreciate it.

join me on

translate this page

Blog Archive

Subscribe to Feed


who viewed me

visit Jogja

Visit Yogyakarta / Jogja